19 Maret 2023

MINGGU PRAPASKAH IV


Kristus itu jalan menuju terang, kebenaran, hidup
Pembacaan dari Homili St. Agustinus tentang Injil Yohanes

 

“Aku ini terang dunia; yang mengikuti Aku, tidak akan berjalan dalam kegelapan, tetapi memiliki terang kehidupan.”  Karena beberapa patah sabda Tuhan ini sebagian mengandung perintah, sebagian janji, maka marilah kita lakukan yang Ia perintahkan, dan tidak hanya memohon apa yang Ia janjikan, sebab itu keterlaluan.

Jangan-jangan pada hari pengadilan Ia bertanya, “Apakah kamu telah melakukan apa yang Kuperintahkan?” — “Apa yang Engkau perintahkan, ya Tuhan Allah kami?”  Ia berkata kepadamu, “Marilah kamu mengikuti Aku.”  Kamu mencari nasihat tentang hidup.  Hidup mana, kalau bukan yang disebutkan, “Pada-Mu ada sumber kehidupan.”

Maka kita ini harus bertindak, mengikuti Tuhan; kita harus mematahkan rantai, yang menghambat kita untuk  mengikuti Dia.  Tetapi siapa dapat mematahkan belenggu, kecuali dengan pertolongan Dia, yang dikatakan, “Engkau telah memutuskan ikatanku?”  Mazmur lain mengatakan, “Tuhan membebaskan para tawanan, Tuhan mengangkat mereka yang jatuh.”  Apa yang diikuti oleh mereka, yang telah dibebaskan dan telah diangkat, selain terang, yang mereka dengar berkata, “Aku ini terang dunia, yang ikut Aku, tidak berjalan dalam kegelapan?”  Sebab Tuhan memberikan terang kepada si buta.

Kita sekarang ini diterangi, saudara-saudara, dengan urapan mata dalam iman.  Air liur Tuhan, sekali sudah dicampur dengan tanah untuk mengurapi orang yang buta sejak ia dilahirkan.  Kita juga dilahirkan buta dari Adam, dan perlu diberi penglihatan oleh Tuhan.  Ia mencampur air liur dengan tanah: Sabda menjadi daging, dan tinggal di antara kita.  Ia mencampur air liur dengan tanah: itulah yang telah diramalkan, “Kenyataan timbul dari bumi.”  Ia sendiri berkata kepada kita, “Aku ini jalan, kebenaran, dan kehidupan.”

Kita akan menikmati kenyataan, kalau kita bertatap muka dengan Tuhan, sebab ini juga dijanjikan kepada kita.  Memang siapa akan berani mengharapkan, apa yang Tuhan tidak berkenan menjanjikan atau sudi memberikan?  Kita akan melihat muka dengan muka.  Rasul mengatakan itu kepada kita, “Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna.  Sekarang kita melihat dalam cermin samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.”  Rasul Yohanes menulis dalam suratnya, “Saudara terkasih, kita ini sekarang putra Allah, tetapi sekarang belum nampak, bakal keadaan kita kelak.  Tetapi kita tahu, bahwa apabila Ia nampak, kita akan menjadi bersama Dia, karena kita akan melihat Dia seperti apa adanya.”  Ini janji yang amat mulia.

Kalau kamu cinta, ikutlah.  “Aku sungguh cinta,” katamu, “Tetapi jalan mana harus kutempuh?”  Kalau Tuhan Allahmu bersabda kepadamu, “Aku ini jalan, kebenaran, dan hidup,” kamu yang ingin akan kebenaran dan mendambakan hidup, harus segera mencari jalan untuk menemukan itu.  Kamu mungkin berkata kepada dirimu, “Alangkah agung kebenaran itu, alangkah mulia hidup itu, asal ada jalan, jiwaku dapat mencapainya.”

Kamu bertanya, “Lewat jalan mana?”  Dengarkanlah Dia pertama-tama, yang berkata kepadamu, “Aku ini jalan.”  Sebelum mengatakan kepadamu ke mana, Ia menunjukkan mana jalannya.  “Aku ini jalan,” kata-Nya.  Jalan ke mana?  Jalan kepada “Kebenaran dan hidup”.  Lebih dulu Ia memberitahukan jalan untuk lewat, lalu ke arah mana.  Aku ini jalan, Aku ini kebenaran, Aku ini hidup.  Selama tinggal bersama Bapa, Ia sudah kebenaran dan hidup, mengenakan daging, Ia menjadi jalan.

Kamu tidak diminta, “Coba cari jalan, hingga nanti menemukan kebenaran dan hidup.”  Bukan!  Itu tidak dikatakan kepadamu.  Bangkitlah, kamu pemalas!  Jalan sendiri datang kepadamu dan membangunkan kamu, kalau kamu memang sudah bangun; bangunlah dan berjalanlah.  Mungkin kamu mencoba berjalan, tetapi tidak dapat, karena kakimu sakit.  Mengapa?  Karena berjalan lewat tanah terjal, didorong kelobaan?  Sabda Tuhan bahkan menyembuhkan orang lumpuh.  Lihat, katamu, kaki sehat, tetapi aku tidak dapat melihat jalan.  Ia juga memberi penglihatan kepada orang buta.