PEKAN IV PRAPASKAH – RABU
Belas kasih Tuhan kepada orang bertobat
Pembacaan dari surat St. Maximus Confessor
Para pewarta kebenaran dan pelayan rahmat ilahi, sejak dari semula sampai pada jaman kita, masing-masing dengan caranya sendiri, menjelaskan kehendak Tuhan untuk menyelamatkan. Mereka ini berkata, bahwa tidak ada yang lebih disayangi dan dicinai oleh Tuhan daripada orang yang kembali kepada-Nya dengan tobat setulus hatinya.
Karena ingin menunjukkan, bahwa inilah yang sungguh paling suci dari segala-galanya, maka Sabda Ilahi dari Allah Bapa (pewahyuan tertinggi dari kebaikan tanpa batas yang satu-satunya), berkenan tinggal dalam daging di antara kita. Ia merendahkan diri dengan cara yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Ia mengatakan, Ia melakukan, dan Ia menderita segala sesuatu yang perlu untuk mendamaikan kita dengan Allah Bapa, meskipun kita masih musuh-Nya. Dan Ia memanggil kita kembali kepada hidup terberkati, yang telah kita tinggalkan.
Ia tidak hanya menyembuhkan penyakit-penyakit kita dengan mukjizat-mukjizat-Nya, dan menghapuskan kelemahan kita dengan derita-Nya, membayar hutang kita dengan menderita maut sebagai seorang yang salah. Yang menjadi kerinduan-Nya juga, ialah, agar kita berusaha mau menjadi serupa dengan Dia dalam cinta kepada manusia, dan itu dengan saling mencintai secara sempurna. Itulah yang diajarkan kepada kita dengan berbagai cara.
Ia mengajarkan itu waktu berseru, “Aku datang tidak untuk mengundang orang yang benar, melainkan yang berdosa agar bertobat.” Dan lagi, “Mereka yang sehat tidak memerlukan tabib, melainkan mereka yang sakit.” Ia juga berkata, bahwa Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan domba yang hilang dan pada lain kesempatan, bahwa Ia diutus kepada domba-domba Israel yang hilang.
Demikian juga, dalam perumpamaan tentang mata uang yang hilang. Dengan lambang Ia menjelaskan, bahwa Ia datang untuk mengembalikan gambar keserupaan raja pada manusia, karena itu sudah hilang, disebabkan oleh kotoran nafsu yang berbau busuk. Maka dari itu Ia berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: ada kegembiraan lebih besar di surga karena seorang pendosa yang bertobat.”
Ia mengajarkan itu, ketika Ia meringankan penderitaan dengan minyak, anggur, dan kain pembalut pada orang yang jauh di tangan penyamun, yang dilucuti semua pakaiannya, dan ditinggalkan setengah mati dengan luka-lukanya. Ia meletakkan orang terluka itu pada binatang tunggangannya sendiri dan menyerahkannya kepada orang di tempat penginapan. Setelah membayar apa yang dibutuhkan untuk perawatannya, ia berjanji akan mengganti, kalau dia kembali, apa yang dibelanjakan selebihnya.
Lagi Ia mengajarkan itu, ketika Ia berkata bahwa bapa anak yang hilang itu dengan penuh cinta menaruh belas kasih kepada anaknya, dan menciumnya, sewaktu dia datang kembali dengan bertobat; ia mengenakan pakaian padanya, yang sesuai, indah dengan kemuliaan martabatnya, tanpa memarahi dia dengan suatu cara apa pun, karena perbuatannya yang sudah lampau.
Begitu juga Ia mengajarkan itu, ketika Ia menemukan domba (kembali), yang telah menyimpang dari kawanan Tuhan yang terdiri dari seratus ekor, setelah menjelajahi bukit-bukit dan gunung-gunung. Ia tidak mengejar-ngejar atau memukulnya tetapi membawanya kembali kepada kawanan. Dalam belas kasih-Nya, Ia memulihkan, meletakkan domba di atas bahu-Nya, dan dibawa-Nya pulang, tanpa cedera ke tengah kawanan lainnya.
Begitu juga Ia mengajarkan itu, ketika Ia berseru, “Datanglah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Dan, “Pikullah kuk yang Ku-pasang.” Yang dimaksudkan dengan ‘kuk’ ialah perintah-perintah atau hidup yang dihayati menurut dasar Injil. Yang dimaksud dengan ‘beban’ ialah jerih payah pertobatan, yang rupanya kelihatan sulit tercantum dalam tobat. Ia meyakinkan kita, “Sebab kuk yang kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
Sekali lagi Ia mengajarkan kebenaran yang dari Allah dan kebaikan-Nya, dengan menganjurkan, “Hendaklah kamu kudus, sempurna. Hendaklah kamu murah hati adanya.” Dan “Ampunilah, maka kamu akan diampuni.” “Apa yang kamu kehendaki agar orang melakukan kepadamu, lakukan itu kepada orang lain juga.”