29 Maret 2023

PEKAN V PRAPASKAH – RABU


Yesus Kristus berdoa untuk kita, berdoa dalam diri kita,
dan kepada-Nya kita berdoa
Pembacaan dari uraian St. Agustinus tentang Mazmur

 

Inilah kurnia yang paling berharga, yang diberikan oleh Tuhan kepada kita.  Ia yang menciptakan segala dengan perantaraan Sabda, menjadikan Sabda itu kepala atas semuanya.  Dan semua dihubungkan dengan-Nya sebagai anggota.  Demikian Sabda menjadi Putra Tuhan dan Putra manusia, satu Allah dengan Bapa, seorang manusia di antara manusia.  Demikian, kalau kita berdoa kepada Allah; kita tidak memisahkan Putra dari pada-Nya; dan kalau tubuh Sang Putra berdoa, Ia tidak memisahkan kepala dari diri-Nya; satu penyelamat dari tubuh-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus, Putra Allah, berdoa untuk kita, berdoa dalam diri kita, dan kepada-Nya kita berdoa.

Ia berdoa untuk kita sebagai imam; Ia berdoa dalam diri kita sebagai kepala kita, dan kepada-Nya kita berdoa sebagai Allah kita.  Demikian kita harus mengakui suara kita dalam Dia, dan suara-Nya dalam diri kita.  Kalau sesuatu dikatakan tentang Tuhan Yesus Kristus, khususnya dalam nubuat, yang dipautkan seakan-akan pada sesuatu kehinaan tak pantas bagi Tuhan, kita tidak perlu ragu menerapkan itu kepada-Nya.  Karena Ia sendiri tidak ragu mempersatukan diri dengan kita.  Seluruh ciptaan diabdikan kepada-Nya.

Maka kita mengakui ketinggian-Nya dan keallahan-Nya, kalau kita mendengarkan kata-kata, “Pada mulanya adalah Sabda; Sabda itu bersama Allah dan Sabda itu adalah Allah.  Ia pada mulanya bersama Allah, segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang jadi.” Kalau kita mengakui keallahan Putra yang mahatinggi, yang mengatasi semua yang tertinggi pada makhluk, di lain bagian Kitab Suci kita juga mendengar-Nya seolah-olah mendesah, berdoa, mengakui.

Kita termangu hendak menerapkan kata-kata ini kepada-Nya, karena dalam pikiran kita baru saja memandang-Nya dalam keallahan, dan kita lamban turun mengikuti kerendahan-Nya.  Pikiran tadi menyampaikan kata-kata kepada-Nya, sewaktu berdoa kepada Allah, dan sekarang merasa bimbang seakan-akan menyalahi Dia dengan megakui kata-kata-Nya sebagai manusia, mau mencoba mengubah artinya.  Tetapi di dalam Kitab Suci tidak ada yang dijumpai selain hal yang selalu kembali kepada Dia, dan tidak boleh dilepaskan dari Dia.

Marilah kita sekarang bangkit dan berjaga dalam iman.  Marilah melihat, bahwa Ia yang sesaat sebelumnya dipandang dalam rupa Allah, mengambil rupa manusia, dijadikan seperti manusia dan ada dalam rupa manusia; Ia  merendahkan diri, menjadi taat sampai mati.  Dan Ia menerapkan kata-kata Mazmur pada diri-Nya, ketika Ia tergantung di salib dan berkata, “Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Daku?”

Jadi kita berdoa kepada-Nya sebagai Allah.  Ia berdoa dalam rupa hamba.  Pertama kalinya Ia sebagai Pencipta, kemudian Ia sebagai ciptaan; Ia tak berubah masuk dalam ciptaan, agar ciptaan jadi diubah.  Kita dijadikan satu manusia dengan Dia; kepala dan tubuh.  Kita berdoa kepada-Nya dengan perantaraan-Nya dan dalam Dia.  Kita berbicara dengan Dia dan Ia berbicara dengan kita.