31 Maret 2023

PEKAN V PRAPASKAH – JUMAT


Ia mengorbankan diri untuk kita
Pembacaan dari uraian St. Fulgentius dari Ruspe kepada Petrus, tentang iman

 

Perjanjian korban daging sebagai persembahan diwajibkan kepada nenek moyang kita oleh Tritunggal Suci sendiri, Allah yang sama dalam Perjanjian Baru dan Lama.  Korban itu merupakan lambang persembahan yang paling berkenan kepada-Nya, yaitu korban di mana Allah Putra mempersembahkan diri dalam tubuh-Nya bagi kita, karena belas kasih-Nya.  Sebab “Ia menyerahkan diri untuk kita sebagai persembahan yang berbau harum dan korban bagi Tuhan”, sesuai dengan ajaran rasul.  Ialah Allah sejati dan Imam sejati, yang sekali masuk dalam tempat tersuci bagi kita, tidak membawa abu lembu jantan dan domba jantan, tetapi darah-Nya sendiri.  Ini di masa lampau dilambangkan oleh imam agung, yang masuk tempat tersuci setiap tahun sekali.

Jadi Ialah yang menyatakan pada diri-Nya apa yang diketahui perlu untuk melaksanakan penebusan kita.  Ialah yang sekaligus imam dan korban untuk pendamaian kita, kenisah tempat pendamaian kita, Tuhan tujuan pendamaian kita.  Ia sendirilah imam, korban dan kenisah, karena Ia memang itu semuanya sebagai Allah dalam rupa hamba; tetapi Ia bukannya sendirian Allah, sebab Ia demikian itu bersama dengan Bapa dan Roh Kudus dalam rupa Allah.

Maka kamu harus percaya sekuat tenaga, tanpa keraguan sedikit pun juga, bahwa Allah yang dilahirkan sebagai Sang Sabda, menjadi daging dan menghunjukkan diri-Nya sebagai persembahan harum dan korban kepada Tuhan bagi kita.  Kepada Dia dalam persatuan dengan Bapa dan Roh Kudus, para bapa bangsa, para nabi dan para imam di jaman Perjanjian Lama mempersembahkan hewan sebagai korban.  Kepada Dia, yang bersama dengan Bapa dan Roh Kudus, hanya merupakan satu Allah,  sekarang di jaman Perjanjian Baru, Gereja Katolik yang suci tak putus-putusnya di seluruh dunia mempersembahkan roti dan anggur dalam iman dan kasih.  Sebab dalam korban daging itu tubuh dan darah Kristus dilambangkan.

Tubuh Dia yang tanpa dosa harus Ia kobankan untuk dosa kita; darah-Nya harus Ia korbankan untuk pengampunan dosa kita.  Tetapi dalam korban ini terdapat syukur dan persatuan dengan Tubuh Kristus, yang Ia korbankan untuk kita, dan dengan darah, yang oleh Allah yang sama dikorbankan untuk kita.  Rasul Santo Paulus berbicara tentang hal ini dalam Kisah Para Rasul, “Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi pemilik untuk menggembalakan jemaat Allah, yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri.”

Dalam korban ini Putra Allah diramalkan akan dibunuh untuk orang berdosa; dalam korban ini Ia dinyatakan telah mati untuk orang berdosa.  Seperti kesaksian Rasul, “Ketika kita masih tak berdaya, pada waktunya Kristus mati untuk orang yang berdosa,” dan lagi ”Ketika kita masih musuh, kita didamaikan dengan Tuhan oleh darah Putra-Nya.”