2 April 2023

HARI MINGGU PALMA


Terpujilah yang datang atas nama Tuhan, Raja Israel
Pembacaan dari Khotbah St. Andreas dari Kreta

 

Marilah, marilah, kita bersama naik ke gunung Zaitun.  Kita bersama menyongsong Kristus, yang hari ini kembali dari Betania dan dengan kehendak sendiri maju menuju sengsara suci dan mulia untuk melaksanakan misteri keselamatan kita.  Dan Dia datang.  Dengan rela Ia memilih jalan menuju Yerusalem.  Ialah yang datang turun dari ketinggian bagi kita, untuk membangunkan kita yang berbaring di lembah dalam, agar ditinggikan bersama Dia.  Seperti diungkapkan dalam kata-kata: “Di atas segala kedaulatan dan pemerintahan dan kekuasaan dan di atas segala nama yang disebut.”  Ia datang tanpa kemegahan, tanpa kebesaran.  “Ia tidak mau bertengkar,” katanya, “atau berteriak dan suara-Nya tidak akan didengar.”  Ia itu lemah lembut dan rendah hati dan Ia masuk secara sederhana.

Maka marilah kita ikut berlari dengan Dia, kalau Ia bergegas menuju sengsara-Nya, marilah mengikuti mereka yang keluar menyongsong Dia, bukannya dengan menghamburkan dahan Zaitun atau pakaian atau daun palma pada jalan-Nya, tetapi dengan menghamparkan diri kita di hadapan-Nya sedapat kita, dengan jiwa rendah dan niat jujur.  Demikian kita dapat menyambut Sang Sabda bila datang.  Dan dengan demikian Allah, yang tidak dapat dirangkum dalam batas-batas dunia, dapat terangkum dalam diri kita.  Sebab Ia berkenan menunjukkan kelembutan-Nya kepada kita, Ia yang lemah lembut dan “mengendarai matahari terbenam”, melambangkan kerendahan kita yang amat hina.  Ia berkenan datang dan hidup di antara kita, dan membangkitkan atau mengembalikan kita kepada Dia dengan masuk dalam keluarga kita.

Sebagai buah pertama dari keseluruhan manusia Ia dikatakan: “naik puncak ketinggian langit menyongsong matahari terbit,” yang saya tafsirkan sebagai kemuliaan dan keallahan-Nya sendiri.  Tetapi demi cinta-Nya kepada manusia, Ia tidak akan berhenti sampai Ia mengangkat kodrat insani dari tanah, dari tingkat kemuliaan yang satu kepada yang lebih tinggi, dan menyertakannya bersama Dia di surga.

Maka diri kita sendirilah yang harus dihamparkan di bawah kaki Kristus, dan bukannya pakaian atau ranting tak bernyawa atau tunas batang pohon, barang-barang yang menjadi layu dan menyenangkan mata hanya sebentar untuk beberapa jam saja.  Tetapi kita sudah berbusana dengan rahmat Kristus, kamu atau dengan Kristus seluruhnya.  “Sebab sebagaimana kamu telah dibaptis dalam Kristus, kamu telah mengenakan Kristus.”  Maka marilah kita menghamparkan diri sebagai pakaian di bawah kaki-Nya.

Bagaikan kain yang dulunya merah tetapi menjadi putih bagaikan bulu domba karena dibersihkan oleh pembaptisan yang menyelamatkan, maka janganlah kita mempersembahkan ranting-ranting palma, melainkan hadiah kemenangan kepada pemenang atas maut.  Hari ini biarlah kita juga bersuara bersama kanak-kanak menyanyikan lagu suci, sambil melambaikan ranting rohani jiwa kita: “Terpujilah yang datang atas nama Tuhan, Raja Israel.”