4 April 2023

PEKAN SUCI – SELASA


Ada satu kematian bagi dunia,
dan ada satu kebangkitan dari maut
Pembacaan dari buku St. Basilius tentang Roh Kudus

 

Penyelenggaraan ilahi, yang menyelamatkan manusia, menjadi nyata, ketika manusia bangkit dari dosa dan kembali menjalin hubungan erat dengan Tuhan, sesudah menyimpang jauh karena pemberontakannya.  Inilah makna Kristus tinggal dalam tubuh manusia, arti jalan hidup-Nya seperti digambarkan dalam Injil, penderitaan-Nya, salib, pemakaman dan kebangkitan-Nya; demikian manusia diselamatkan.  Dan dengan mengikuti teladan Kristus manusia memperoleh kembali pengangkatannya sebagai putra seperti semula.

Demikian untuk kesempurnaan hidup, kita tidak hanya perlu mengikuti Kristus, meneladan contoh kelembutan-Nya, kerendahan hati-Nya, kesabaran dalam hidup-Nya, tetapi kita harus mengikuti Dia dalam kematian-Nya juga, seperti dikatakan oleh Paulus, pengikut Kristus; “Menyerupai Dia dalam kematian-Nya, agar saya sedapat mungkin mencapai kebangkitan dari maut.”

Bagaimana kita dapat menyerupai Dia dalam kematian-Nya?  Dengan dimakamkan bersama Dia dalam pembaptisan.  Tetapi bagaimana pemakaman itu terjadi?  Apa gunanya mengikuti teladan-Nya ini?  Pertama-tama orang harus memutuskan ikatannya dengan hidup di masa lampau.  Ini tidak mungkin, selain orang dilahirkan kembali, seperti dikatakan oleh Tuhan.

Sebab kelahiran kembali, seperti jelas dari arti katanya sendiri, merupakan permulaan hidup kedua.  Maka, sebelum mulai hidup kedua ini, kita harus mengakhiri hidup pertama lebih dulu.  Seperti dalam perlombaan pulang balik (dimana para peserta harus lari sampai pada titik balik lalu kembali pada garis tolak), perhentian, pelepasan sesaat memisahkan lari tolak dari lari kembali, demikian juga untuk pergantian hidup rupanya perlu, kematian yang memisahkan kedua kehidupan: mengakhiri semua yang sebelumnya, dan memulai dengan semua yang berikutnya.

Bagaimana kita melaksanakan turun ke neraka?  Dengan mengikuti pemakaman Kristus dalam permandian.  Sebab tubuh orang dibaptis itu seolah-olah dikubur dalam air.  Maka baptis itu melambangkan penolakan semua pekerjaan daging, seperti dikatakan oleh Rasul, “Kamu itu sudah menerima sunat tidak dari tangan manusia, tetapi dengan meninggalkan tubuh yang dari daging, dalam sunat Kristus, setelah dikubur bersama Dia dalam pembaptisan.”  Baptis seolah-olah membersihkan jiwa dari noda, yang datang kalau minat budi diarahkan kepada daging, seperti tertulis, “Engkau akan membersihkan daku, dan aku akan menjadi lebih bersih daripada salju.”  Maka kesimpulannya: kita hanya tahu akan satu baptis yang menyelamatkan, karena ada satu kematian atas dunia, dan satu kebangkitan dari mati, dan pembaptisan adalah lambangnya.