5 April 2023

PEKAN SUCI – RABU


Cinta sempurna
Pembacaan dari homili St. Agustinus tentang Injil Yohanes

 

Saudara terkasih, cinta sempurna yang harus kita nyatakan untuk saling mencintai dirumuskan dalam Sabda Tuhan, “Tidak ada cinta yang lebih besar daripada menyerahkan hidupnya bagi sahabat-sahabatnya.”  Kesimpulannya dikatakan oleh penginjil Yohanes itu juga dalam suratnya: “Seperti Kristus menyerahkan hidup-Nya bagi kita, begitu juga kita harus menyerahkan hidup kita bagi saudara-saudara kita,” saling mengasihi seperti Dia mengasihi kita, yang meletakkan hidup-Nya bagi kita.

Jelas inilah yang dapat kita baca dalam kitab Amsal Raja Salomo: “Kalau engkau duduk makan pada meja seorang penguasa, perhatikanlah baik-baik apa yang dihidangkan padamu; dan ingatlah, bahwa kamu harus menyiapkan jamuan seperti itu juga.”  Sebab dimanakah meja seorang penguasa, selain di tempat di mana orang menerima tubuh dan darah Dia, yang menyerahkan hidup-Nya bagi kita?  Dan apa arti “duduk makan”, selain menghampiri meja dengan rendah hati?  Apa arti perhatikanlah baik-baik, apa yang dihidangkan padamu”, selain daripada menghargai anugerah begitu besar dengan selayaknya.  Apa arti “Kamu harus menyiapkan jamuan seperti itu juga”, selain daripada apa yang sudah kukatakan, bahwa seperti Kristus sudah meletakkan hidup-Nya bagi kita, begitu juga kita harus meletakkan hidup kita bagi saudara-saudara kita.

Sesuai kata-kata Rasul Petrus, “Kristus telah menderita bagi kita dengan meninggalkan teladan, agar kita mengikuti jejak-Nya.”  Inilah arti “menyiapkan jamuan seperti itu juga!”  Inilah yang dilakukan para martir suci dengan cinta yang bernyala-nyala.  Jika perayaan untuk mengenangkan Dia itu bukan sesuatu yang hampa belaka, jika kita menghampiri meja Tuhan dalam perjamuan di mana mereka makan dan menjadi kenyang, maka seperti mereka menyiapkan jamuan itu, kita harus berbuat demikian juga.

Maka sesungguhnya pada perjamuan ini kita tidak mengenangkan dan mendoakan mereka sama seperti mengenangkan orang lain, yang sudah beristirahat dalam ketenteraman.  Tetapi kita mengenangkan mereka agar mereka mendoakan kita juga, agar kita dapat mengikuti jejak-Nya; sebab mereka sudah mencapai cinta sempurna, yang menurut Tuhan tidak ada yang lebih besar lagi.  Yang mereka nyatakan kepada para saudara mereka, itu sama seperti yang mereka terima dari meja Tuhan.

Ini tidak boleh diartikan, seakan-akan kita dapat menyamai Tuhan kita Yesus Kristus karena kita memberi kesaksian bagi Dia sampai menumpahkan darah.  Ia mempunyai kekuasaan untuk meletakkan hidup-Nya; tetapi kita tidak hidup lama seperti kita inginkan, dan kita mati, meskipun kita tidak ingin mati.  Dengan kematian-Nya, sekaligus Ia menghancurkan maut dalam diri-Nya, dan kita dibebaskan dari maut dalam kematian-Nya.  Tubuh-Nya tidak mengalami kematian, sedang tubuh kita, setelah mengalami kematian, akan mengenakan keadaan tidak dapat mati pada akhir jaman.  Ia tidak membutuhkan kita untuk menyelamatkan kita, tetapi kita tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Dia.  Ia memberikan diri-Nya sebagai pokok anggur kepada kita, sebagai ranting-ranting-Nya; dan kita tidak dapat memiliki hidup lepas dari Dia.

Akhirnya, meskipun ada saudara mati untuk saudara, masih belum ada darah martir ditumpahkan untuk pengampunan dosa-dosa saudara – dan ini yang dilakukan oleh Kristus untuk kita.  Dalam hal ini Ia tidak memberikan sesuatu untuk ditiru, tetapi sesuatu untuk disyukuri.  Jadi sejauh para martir itu menumpahkan darahnya untuk saudara-saudaranya, mereka menunjukkan apa yang mereka terima dari meja Tuhan.  Maka marilah kita saling mengasihi seperti Kristus mencintai kita, dan menyerahkan diri-Nya bagi kita.