20 April 2023

PEKAN II PASKAH – KAMIS


Perjamuan Perjanjian Baru
 Pembacaan dari uraian Santo Gaudentius dari Brescia

 

Korban surgawi, yang ditetapkan oleh Kristus sungguh merupakan perjamuan Perjanjian Baru.  Perjamuan itu ditinggalkan kepada kita sebagai bukti tanda kehadiran-Nya pada malam Ia diserahkan untuk disalib.  Inilah makanan, yang menguatkan dan menghidupi kita dalam perjalanan hidup, sampai kita meninggalkan dunia ini dan dipersatukan dengan Kristus.  Tentang makanan inilah Tuhan bersabda, ”Jikalau kamu tidak makan daging-Ku dan minum darah-Ku, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.”

Sudah menjadi kehendak-Nya, agar anugerah ini tetap tinggal di antara kita.  Sudah menjadi kehendak-Nya, agar jiwa-jiwa yang telah ditebus dengan darah-Nya yang amat berharga, tetap disucikan dengan ikut serta dalam kenangan akan penderitaan-Nya.  Itulah sebabnya Ia menunjuk para murid-Nya yang setia menjadi imam-imam pertama dalam Gereja dan memerintahkan mereka, agar tidak putus-putusnya merayakan misteri kehidupan kekal.  Misteri-misteri ini harus dirayakan setiap imam dalam setiap gereja di dunia, sampai Kristus datang kembali dari surga.  Dengan demikian para imam, bersama dengan kumpulan para umat, setiap hari dapat menyaksikan teladan sengsara Kristus, di hadapan mata kita; dapat memegangnya dengan tangan kita, dan bahkan menerimanya dalam mulut dan tangan kita, dan membawa kenangan akan penebusan kita tanpa mengalami pudar.

Saudara-saudara, roti Ekaristi dibuat dari banyak butir gandum, digilas menjadi tepung, dicampur dengan air dan dibakar dalam api.  Itulah lambang Tubuh Kristus yang kita terima.  Dan itu mengandung hikmah, bahwa Kristus itu menjadi satu tubuh, terdiri dari banyak anggota umat manusia, dan disempurnakan oleh api Roh Kudus.  Ia lahir dari Roh Kudus.  Karena sudah semestinya Ia menjalankan semua kebenaran, maka Ia turun dalam Sungai Yordan untuk menyucikannya.  Lalu Ia kembali dari Sungai Yordan.  Ketika itu Ia dipenuhi dengan Roh Kudus, yang turun di atas-Nya dalam rupa burung merpati.  Inilah yang dikisahkan Santo Lukas, ”Dan Yesus, penuh dengan Roh Kudus, kembali dari Sungai Yordan.

Begitu pula anggur yang melambangkan darah-Nya, diperas dari banyak buah anggur, yang ditanam-Nya sendiri.  Anggur itu dikumpulkan dan diperas dalam pemerasan di kayu salib.  Karena daya kekuatan-Nya sendiri anggur ini menggairahkan mereka yang dengan hati penuh percaya, menerimanya dalam bejana yang sesuai.

Keluarlah, kamu semua, dari perbudakan setan.  Ikutlah kamu menerima korban Paskah yang membawa keselamatan dengan semua dambaan hati suci.  Maka Tuhan Yesus Kristus sendiri, yang kita akui hadir dalam sakramen-sakramen-Nya, akan menyucikan hati sanubari kita.  Sebab kuasa korban ini sungguh tak terperikan, dan berlangsung selama-lamanya.