4 Mei 2023

PEKAN IV PASKAH – KAMIS


Perintah baru
 Pembacaan dari homili St. Agustinus tentang Injil Yohanes

 

Tuhan Yesus menyatakan, bahwa Ia memberikan perintah baru kepada para murid-Nya: mereka harus saling mengasihi.  Sabda-Nya, “Perintah baru kuberikan kepadamu, supaya kamu saling mengasihi.”  Perintah ini sudah diungkapkan dalam Hukum Tuhan yang lama, termuat dalam kata-kata, “Engkau harus mencintai sesamamu seperti dirimu sendiri.”  Mengapa Tuhan menyebut itu perintah baru, sebab nyatanya sudah begitu lama?  Ini disebut perintah baru, sejauh itu meninggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru pada kita!

Memang benar, bahwa cinta itu membarui orang yang mendengarkan, atau lebih tepat mereka yang taat; tetapi ini bukannya setiap cinta, melainkan hanya cinta yang oleh Tuhan dibedakan dari cinta kodrati; maka Ia menambahkan kata-kata, “Seperti Aku mencintai kamu.”  Cinta semacam itu membarui kita: Kita menjadi manusia baru, ahli waris perjanjian baru, penyanyi lagu baru.  Cinta ini, saudara-saudara terkasih, di masa lampau pun membarui orang-orang suci di jaman dahulu, para leluhur dan para nabi.  Demikian juga di masa kemudian membarui para rasul, dan sekarang membarui orang yang tidak beragama.

Dari seluruh umat manusia di segala penjuru dunia diciptakan dan dihimpun umat baru, tubuh mempelai baru bagi Putra Tunggal Allah.  Kepadanya dapat diterapkan kata-kata dari Kidung Agung, “Siapakah dia, yang datang dengan pakaian putih bersih?”  Ya, ia berpakaian serba putih, karena ia telah dibarui.  Nah, bagaimana ia dapat diperbarui, selain oleh karena perintah baru?

Jika salah satu anggota tubuh menderita, semua anggota ikut menderita; jika salah satu anggota dimuliakan, semua anggota ikut bersukacita.  Sebab mereka itu mendengarkan sabda Tuhan dan menepatinya, “Perintah baru Kuberikan kepadamu, supaya kamu saling mengasihi,” bukan seperti orang yang mengasihi hanya untuk saling memeras, bukan pula seperti manusia yang saling mengasihi hanya karena mereka itu manusia, tetapi saling mengasihi sebagai umat, karena mereka itu semua allah dan putra Yang Mahatinggi.  Mereka saling mengasihi dengan cinta, atas dasar cinta Tuhan yang begitu besar, yang membawa mereka kepada kesempurnaan dan kepuasan seluruh dambaan mereka.  Sebab jika Tuhan menjadi segala di dalam segala, tak ada kerinduan yang tidak dipenuhi.

Cinta ini diberikan kepada kita oleh Dia, yang berkata, “Seperti Aku mengasihi kamu, demikian juga kamu harus saling mengasihi.”  Jadi Ia mengasihi kita, agar kita saling mengasihi.  Dengan mengasihi kita, Ia mengikat kita bersama supaya saling mengasihi, dan menghimpun semua anggota dalam ikatan mesra ini.  Ia membentuk kita menjadi satu tubuh, dengan Dia sebagai kepalanya yang mulia.