Kunjungan Maria kepada Elisabet

Dalam peristiwa kunjungan Maria kepada Elisabet, Lukas mengisahkan: “Beberapa waktu sesudah kedatangan Malaikat Gabriel, bergegaslah  Maria menuju ke pegunungan ke sebuah kota di Yehuda.”  Kunjungan Maria kepada Elisabet, menjadi model dari mereka yang di dalam Gereja melakukan perjalanan untuk membawa cahaya dan sukacita Kristus kepada manusia di setiap tempat dan pada setiap waktu.

Perjumpaan Maria dengan Elisabet mengandung sifat gembira dari peristiwa keselamatan yang mengatasi perasaan  kekeluargaan.  Saat masuk ke rumah Zakharia, Maria dengan penuh iman memberi salam kepada Elisabet.  Dan sesudah mendengar salam Maria, anak dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan, suatu sukacita yang oleh Perjanjian Lama, dikaitkan dengan kehadiran Mesias.

Dan Elisabet penuh dengan Roh Kudus berseru: “Terberkatilah engkau … siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku”.  Elisabet memberikan kesaksian bahwa di depannya berdiri Bunda Tuhan.  Kesaksian Elisabet ini mendahului pernyataan dari Konsili Efesus (431): ”Bahwa Maria harus disebut Theotokos”, Bunda Allah.  Engkau mewartakan kabar gembira, engkau memberitakan injil dan engkau menguduskan, tidak dengan kata-kata, tetapi dengan membawa Yesus dalam keheningan kepada Elisabet dan Yohanes.”

“Berbahagialah ia yang telah percaya”.  Dengan pernyataan yang penuh kekaguman ini, Elisabet mengundang kita untuk menghargai segala anugerah yang diberi kepada setiap orang yang percaya.

Dari peristiwa Kunjungan Maria kepada Elisabet kita diajak untuk merenungkan dua hal:

  • Maria mengerti bahwa ia menerima Yesus bukan untuk diri sendiri melainkan untuk penyelamatan umat manusia.Santo Yohanes Paulus II, Paus, dalam Ensiklik Redemptor Hominis (Penebus Manusia) dan Redemptoris Mater (Bunda Penebus), mengungkapkan di dalam kunjungan ini, pendahuluan dan perutusan Sang Penyelamat.  Dalam kunjungan ini yang penting ialah bahwa Yesus sudah mulai menyelamatkan.  Bukan Bunda yang mendahului Putra, tetapi Putra, yang dalam rahim Sang Bunda dilimpahi Roh Kudus, sejak saat itu, pada awal kedatangan-Nya di dunia, sudah mulai menyelamatkan melalui bunda-Nya dan dengan kerjasama dengan dia.
  • Maria membawa Kristus kepada Elisabet dan anaknya.  Apakah Allah memanggil kita juga untuk membawa Kristus kepada orang lain?  Bagaimana menjadi Maria yang lain?Bagi kita semua yang sudah dibaptis, kita telah menerima Kristus dan membawa Kristus dalam jiwa kita. Tetapi kalau hidup kita tidak dikonformasikan, tidak dijadikan serupa dengan Kristus, karena tidak dikuduskan dengan menerima sakramen-sakramen, dengan mendengarkan dan melaksanakan Sabda dan kehendak Tuhan dalam ketaatan, kita tidak dapat menjadi ibu Kristus dan tidak dapat membawa Dia bagi sesama.  Secara konkrit, ini berarti kita harus meninggalkan diri sendiri, menyerahkan diri bagi cinta kasih dan pelayanan kepada Tuhan dan sesama, melalui tindakan kecil-kecil sehari-hari.

 

Semoga Bunda Maria membantu kita untuk membawa Kristus bagi sesama dalam hidup harian kita.