Hari Minggu kedua sesudah Pentakosta, Gereja selalu merayakannya sebagai Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, tahun ini jatuh pada tanggal 11 Juni.  Komunitas kami mempunyai tradisi mengadakan perarakan Sakramen Mahakudus dengan diikuti umat.  Perarakan dimulai dari dalam gereja kemudian ke luar ke pelataran tamu, dan berjalan terus masuk kembali ke dalam gereja.  Apakah arti perarakan ini?

Pertama-tama, kami berkumpul disekeliling altar Tuhan untuk merayakan Ekaristi.  Tahun ini menjadi saat yang istimewa bagi kami karena kehadiran saudara-saudari kami se-Ordo dari Pilipina, Macau, Hongkong, Rawaseneng dan Lamanabi.  Juga kehadiran para tamu yang berasal dari berbagai kota yang ikut berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi.  Kita biarpun banyak menjadi Satu Tubuh karena kita mengambil bagian dalam Satu Tubuh Kristus.

Dengan diiringi lagu-lagu dan kegembiraan, umat  berjalan bersama Tuhan dalam perarakan.  Tanpa “Allah beserta kita”, kita tidak dapat bertahan dalam peziarahan di dunia ini.  Ekaristi adalah sakramen dari Allah yang tidak meninggalkan kita sendirian.  Taburan bunga dan dupa yang terus mengepul menjadi tanda bakti umat dalam mengiringi perarakan Sakramen Mahakudus.

Perarakan berakhir dengan masuk kembali ke dalam gereja.  Sakramen Mahakudus ditakhtakan di altar.  Kami berlutut dan menyembah Dia dalam adorasi.  Adorasi adalah doa yang memperpanjang perayaan dan komunio Ekaristi.  Dalam adorasi, jiwa diberi makanan kebenaran dan damai.

Satu lagi tradisi kami dalam merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah menghiasi jalan-jalan yang akan dilewati oleh Romo yang membawa Sakramen Mahakudus. Bunga-bunga yang sederhana dan indah yang terlukis di jalan menjadi tanda bakti dan kasih kami kepada Tuhan Yesus yang berjalan menyertai umat-Nya.