“Barangsiapa ingin menjadi murid-Ku, harus menyangkal diri, memanggul salibnya dan mengikuti Aku.” Inilah sabda agung yang dapat merumuskan ajaran askesis Kristiani: mengikuti kehidupan Kristus dan sebagai konsekuensinya menyangkal diri sendiri. Apa artinya mengikuti Kristus secara konkrit? Injil tidak hanya mewahyukan kegiatan dan perkataan Yesus, melainkan menyatakan sikap hati-Nya. Menyelami lubuk hati-Nya dan menangkap kasih-Nya itulah yang harus menjadi intisari hidup kita. Kita dipanggil agar hidup kita menjadi suatu perwujudan kasih Allah sebab Roh Kudus telah dicurahkan ke dalam hati kita. Jalan satu-satunya untuk menyesuaikan hati kita dengan hati-Nya adalah perjalanan pertobatan: menyangkal diri karena kita mau mencintai Kristus dan mengikuti Dia saja.
Keinginan daginglah yang menyebabkan hati kita menjadi tegar dan tak dapat diresapi oleh cinta kasih Allah. Walaupun kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita, kita tetap bebas memilih meninggikan diri kita sendiri, hidup otonom, lepas dan tidak bergantung pada Allah. Hati dan mata kita tidak terarah lagi kepada kasih Kristus. Akibatnya: kita berselisih dengan saudara, kita dikuasai oleh ‘barang-barang’ untuk meninggikan diri sendiri entah itu dalam bentuk pekerjaan, studi, kesehatan dll, kita lebih mencintai kesia-siaan, cenderung kepada kejahatan, kurang percaya dan tidak tabah dalam pencobaan, hati kita segan mengampuni dan dingin serta keras hati di hadapan Kristus yang lemah lembut dan rendah hati.
Dalam tradisi monakisme, kita dapat menimba cara untuk mengalahkan kebiasaan-kebiasaan buruk dengan mengarahkan daya tenaga sendiri kepada latihan kebajikan yang merupakan kebalikannya, sebagaimana yang dikatakan oleh seorang bapa: “Hendaklah kita mempraktekkan apa yang bertentangan dengan keinginan-keinginan daging, misalnya iman untuk melawan keraguan, kebenaran untuk melawan kesesatan, kepastian untuk melawan kecurigaan, kesungguhan untuk melawan penipuan, kelembutan hati untuk melawan kekerasan, puasa untuk melawan yang berlebihan, kerja untuk melawan pengangguran, mencari kerinduan rohani untuk melawan kepuasan mencari keinginan daging.”
Semoga tindakan-tindakan kecil dan sederhana, yang rasanya melawan diri sendiri dan menyalibkan kita, dapat membantu kita mengarahkan daya tenaga kita kepada yang baik, kepada usaha untuk hidup dalam kasih Kristus: hidup bagi orang lain, daripada bagi diri kita sendiri.