Kebebasan Kristiani

Pemahaman akan kebebasan dan perwujudannya dalam setiap jenjang kehidupan tentu berbeda.  Mulai dengan bebas meminta dan bertanya apa saja pada masa kanak-kanak, bebas berbuat apa yang kukehendaki di masa remaja, sampai bebas menentukan panggilan hidup pada masa dewasa.  Intinya, saya adalah pusat, penentu pilihan.  Kalau mau ditelusuri lebih jauh, ada satu sebab mengapa kita mau bebas: ada ketakutan tidak dianggap, diremehkan, ditiadakan.  Akar dari ketakutan ini adalah ‘takut mati,’ maka adalah ilusi semata bila memakai kebebasan tanpa tanggung jawab, untuk membuat diri seolah ‘eksis’.

Apakah sebenarnya kebebasan?  Kebebasan adalah kuasa yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk berbuat atau tidak berbuat, memilih antara yang baik dan yang jahat berdasar hati nurani.  Semakin berbuat yang baik, semakin kita bebas.  Kita menjadi bebas dengan mencintai sebagaimana diteladankan Tuhan kita Yesus Kristus yang mencintai umat manusia sampai wafat di salib.  Kebebasan semakin menjadi sempurna manakala terarah kepada Allah.  Memilih yang jahat berarti menyalahgunakan kebebasan yang membawa pada perbudakan dosa.  Latihan menggunakan kebebasan adalah bagian dari martabat hidup manusia.  Kebebasan kita terluka akibat dosa asal.  Namun Kristus telah memerdekakan kita sehingga kita sungguh-sungguh merdeka atau bebas (Gal 5:1).

Kebebasan bukan berarti menikmati hidup, otonomi absolut, tetapi terarah pada kebenaran dan kebaikan supaya menjadi diri sejati yang benar dan baik.  Kebebasan Kristiani hanya berasal dari Kristus sendiri, Sang Pembebas umat manusia.  Kebebasan ini punya sebuah nama lain: ketaatan pada kehendak Bapa.  Bila penghayatan akan kebebasan di mata dunia hanya memiliki satu wajah ‘aku’, maka kebebasan Kristiani berlangsung dalam sebuah relasi dengan Yang Lain, yaitu Tuhan, dan yang lain, yaitu sesama kita.  Ketaatan menjadi mungkin apabila jiwa dipenuhi Roh Kudus.  Kita semua telah menerima anugerah Roh Kudus pada saat pembaptisan dan diteguhkan kembali dalam Sakramen Krisma.  Jadi sesungguhnya kita adalah pribadi-pribadi yang bebas menaati perintah Tuhan untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (Luk 10:27).

 

Marilah kita bekerja sama dengan anugerah Roh Kudus yang memimpin kepada kebebasan spiritual untuk menjadikan kita pelayan-pelayan Tuhan yang bebas di dalam Gereja dan dunia!