4 Juli 2023

PEKAN BIASA XIII – SELASA


Sekiranya aku ingin berkenan kepada manusia,
maka aku bukan hamba Kristus
Pembacaan dari Khotbah Santo Agustinus

 

‘Kebanggaan kita ialah ini: kesaksian hati nurani kita.’  Ada orang yang mengadili dengan gegabah, ada orang yang suka menghina, atau yang mengarang cerita dan bersungut-sungut; ada pula orang yang suka curiga akan apa yang tidak mereka lihat, atau menyebarkan gosip tentang hal-hal yang mereka sama sekali tidak mendengar.  Kita dapat berbuat apa terhadap orang-orang semacam itu, selain mempertahankan kesaksian hati nurani kita sendiri?

Sungguh, para saudaraku, kita tidak mencari kemuliaan kita sendiri, bahkan dari orang yang kita ingin menyenangkan.  Yang kita inginkan adalah keselamatan mereka, sehingga jika kita menempuh jalan yang benar, mereka tidak akan sesat apabila mereka mengikuti kita.  Hendaknya mereka meneladan kita, jika kita meneladan Kristus; tetapi bila kita tidak meneladan Kristus, biarlah mereka tetap mengikuti teladan Kristus.  Sebab Ia memelihara kawanan-Nya, dan Ia sendiri berada bersama mereka yang menggembalakan kawanan mereka dengan benar, sebab semua ada di dalam Dia.

Jadi kita tidak mengejar kepentingan kita sendiri, bila kita bertujuan untuk menyenangkan orang lain, dan ingin bergembira karena orang lain; kita bergembira bahwa yang baik menyenangkan mereka, demi kebaikan mereka dan bukan untuk kehormatan kita.  Jelas, siapa orang yang ditentang Rasul Paulus waktu ia berkata, ‘Jika aku mau menyenangkan manusia, aku bukan hamba Kristus.’  Dan juga jelas kepada siapa kata-kata berikut ini ditujukannya, ‘Buatlah semua merasa senang dalam segala hal, seperti aku membuat semua merasa senang dalam segala.’  Kedua pernyataan itu jelas, kedua-duanya murni, kedua-duanya tenang, tidak membingungkan.  Tetapi kalian, makanlah dan minumlah saja; janganlah menginjak-injak padang rumput, atau mengeruhkan air.

Tentu kamu sudah mendengar Tuhan Yesus Kristus sendiri, yang mengajarkan kepada para rasul: ‘Hendaklah perbuatanmu bersinar di hadapan orang, hingga mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu yang ada di surga.’  Bapalah yang membuat kamu menjadi seperti kamu adanya sekarang.  ‘Kita ini umat gembalaan-Nya, kawanan yang dipimpin oleh tangan-Nya.’  Maka jika kamu baik, layaklah pujian diberikan kepada Dia yang membuat kamu baik; dan itu bukan jasamu, karena jika kamu dibiarkan sendiri, kamu hanya bisa berbuat jahat.

Lalu, mengapa kamu mencoba memutarbalikkan kebenaran dengan ingin dipuji waktu kamu berbuat baik dan mempersalahkan Allah bila kamu berbuat jahat?  Karena meskipun Ia mengatakan: ‘Hendaklah perbuatanmu bersinar di hadapan manusia,’ Ia juga mengatakan dalam Sabda Bahagia yang sama, ‘Janganlah kamu memamerkan perbuatan baik di hadapan manusia.’  Jadi, jika kamu berpikir bahwa Santo Paulus mengatakan hal-hal yang bertentangan, kamu akan menemukan yang sama dalam Injil-injil.  Tetapi, apabila kamu menahan diri untuk tidak mengotori air hatimu, kamu akan melihat adanya keselarasan dalam Kitab Suci dan kamu juga akan menikmati keselarasannya.

Maka, hendaklah kita perhatikan, saudara-saudaraku, agar kita jangan hanya ingin hidup baik, tetapi juga nyata-nyata berbuat baik di hadapan manusia; tidak hanya memiliki hati nurani yang baik, tetapi sejauh kita dapat mengatur kerapuhan manusiawi kita, hendaklah kita menjaga, agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara yang lebih lemah.  Jika tidak demikian, mungkin saat kita makan dari rerumputan yang baik, dan minum air murni, kita menginjak-injak padang penggembalaan Tuhan, sehingga domba-domba yang lemah harus makan rumput yang telah diinjak-injak itu, dan minum air yang sudah dicemarkan.