Hidup bagi Kemuliaan Allah

Hari ini kita merayakan Santo Benediktus, bapa dan pemimpin kita.  Apakah kita sudah mengenal bapa kita Santo Benediktus ini?  Apakah kita mau dibentuk terus menerus oleh sabdanya?  Apakah pengaruh Santo Benediktus dalam hidup kita?  Kita mau mendekati lubuk hati Santo Benediktus untuk mendalami penghayatan petunjuk-petunjuknya agar semakin dekat dengan Yesus.  Santo Benediktus mau agar kita memuliakan Allah, bukan hanya dengan bibir tetapi juga dengan seluruh hidup kita.

Tema liturgi untuk hari raya Santo Benediktus merupakan salah satu kunci dalam pikirannya yang adalah “meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Kristus”.  Hal ini berkaitan dengan harta dan milik pribadi.  Dalam Injil dikatakan bahwa mustahil bagi seorang kaya untuk masuk dalam kerajaan Allah.  Tetapi orang yang meninggalkan segala sesuatu bagi Yesus akan memperoleh hidup kekal.

Orang yang mencintai Yesus, tidak mengutamakan apa saja lebih dari pada Kristus, ia mau meninggalkan segala kekayaan dan harta – material atau relasi kekeluargaan yang bisa dikatakan “milikku”.  Yesus menuntut dengan mengatakan bahwa kekayaan – material dan manusiawi – merupakan halangan mutlak untuk masuk kerajaan-Nya.  Maka gemparlah para rasul, menjadi bingung, merasa rugi karena kata-kata Yesus begitu keras.  Jelas mereka sedang menantikan kekayaan dan kedudukan sebagai ganjaran mengikuti-Nya.  Memang Yesus lalu menjanjikan kembalinya seratus kali lipat yang merupakan suatu kekayaan lain yang hanya bisa diberi kalau semua kekayaan pribadi ditinggalkan.

Menurut bapa Benediktus ada dua hal jahat yang menghalangi kesatuan dengan Kristus – milik pribadi dan gerutu.  Temanya sama dengan doa liturgi – kebutuhan mutlak untuk menyangkal segala-galanya demi Yesus.  Kita harus kosong, lepas-bebas, untuk mau menerima segala-galanya dari Bapa dan siap sedia untuk melaksanakan apa saja yang menjadi kehendak-Nya.  Kalau terikat kepada apa saja sebagai sumber kekuatan kesenangan, keamanan, keenakan, kesukaan, maka kita terhambat untuk memberi diri sepenuhnya kepada Kristus melalui Gereja.

Kenapa Benediktus begitu ketat?  Karena kalau hati kita tergantung pada hal-hal sekecil apa pun, kita tidak bebas memilih hanya Allah saja.  Yesus memanggil kita pada relasi yang semakin erat dengan Dia, suatu penyerahan dan ketergantungan yang makin total… bukan yang makin berkompromi.  Kemiskinan sukarela, yang berarti menerima yang dibutuhkan tanpa memiliki dan tanpa menuntut, menjadikan hati kita makin bebas dan peka untuk merasa dan mengikuti setiap bisikan Roh Kudus.  Kemiskinan bukan masalah kekurangan atau kelebihan, tapi penghayatannya demi cinta kasih: dipilih untuk semakin serupa dengan Yesus.  Kemiskinan tidak bisa diukur karena cinta kasih tidak bisa diukur.

Hari ini Yesus memanggil kita untuk meninggalkan segalanya dan mengikuti Dia, dengan percaya bahwa segala yang kita butuhkan akan diberi pada saatnya.  Percaya secara total kepada penyelenggaraan Ilahi.   Apakah kita bersyukur atas segala yang kita miliki?

 

Marilah kita hari ini melepaskan diri dari apa saja yang telah masuk dan mengambil ruang yang seharusnya hanya disediakan untuk Kristus.  Marilah kita hari ini mendengarkan suara-Nya.  Marilah kita bergegas mengikuti Yesus menyambut kesempatan untuk menyangkal diri dan menghilangkan kebiasaan menyimpan, menuntut, menghitung, mengeluh karena hal-hal material yang tak berarti.