PEKAN BIASA XIV – KAMIS
Kanisah Allah itu suci, dan kamulah kanisah itu!
Pembacaan dari Uraian Santo Ambrosius tentang Mazmur 118
‘Bapa-Ku dan Aku akan datang, dan berdiam bersama dia.’ Biarlah pintumu tetap terbuka bagi-Nya, janganlah kaubiarkan jiwamu terkunci bagi-Nya. Sambutlah Dia dalam akal budimu, maka kamu akan melihat kekayaan dari kesederhanaan, harta kedamaian, dan kemanisan rahmat. Bukalah lebar-lebar pintu hatimu! Songsonglah surya terang abadi, yang menerangi setiap hati. Terang sejati itu memang menyinari semua orang; tetapi apabila orang menutup jendelanya, ia sendiri akan kehilangan terang abadi. Jikalau kamu menutup pintu hatimu, kamu juga akan menutupnya bagi Kristus. Ia memang dapat masuk tanpa dipersilakan, tetapi Ia tidak mau memaksa orang yang enggan menerima-Nya.
Dilahirkan dari seorang perawan, Ia keluar dari rahim, memancarkan cahaya-Nya kepada segala yang ada di seluruh dunia untuk memberikan terang kepada semua orang. Cahaya-Nya disambut oleh mereka yang mendambakan sinar terang abadi, sinar yang tak tergantikan oleh malam. Matahari yang kita lihat setiap hari, selalu disusul oleh kegelapan malam, tetapi Surya Keadilan tidak pernah terbenam. Sebab terang kebijaksanaan tak pernah dapat dipudarkan oleh bayangan kejahatan.
Maka terberkatilah orang, yang pintunya diketuk oleh Kristus. Pintu kita itu ialah iman. Apabila pintu itu kuat, maka kokohlah seluruh rumah. Lewat pintu itulah Kristus masuk. Maka dalam Kidung Agung Gereja berkata, ‘Itu suara kekasihku terdengar di pintu’. Dengarlah ketukannya, dengarkanlah permintaannya untuk masuk: ‘Bukalah pintu bagiku, adindaku, kekasihku, jelita manisku, sebab kepalaku basah karena embun, dan rambutku kuyup karena tetes-tetes embun malam!’
Perhatikanlah: bilamana Allah Sang Sabda terus-menerus mengetuk pintumu? Yaitu ketika kepala-Nya tertutup embun malam. Sesungguhnya Ia berkenan mengunjungi mereka yang sedang dalam godaan dan kesusahan, agar tak seorang pun jatuh, akibat penderitaan yang terlampau besar oleh cobaan-cobaan. Maka, kepala-Nya basah karena embun atau tetes-tetesan air, apabila tubuh-Nya mengalami penderitaan yang berat. Itulah saatnya kamu harus berjaga, agar bila pengantin tiba, ia tidak pergi lagi, karena pintumu tertutup. Jika kamu tidur dan hatimu tidak berjaga, Ia akan berbalik tanpa mengetuk. Sebaliknya, kalau hatimu berjaga, Ia akan mengetuk dan minta padamu untuk membukakan pintu baginya.
Jadi, jiwa kita mempunyai pintu, bahkan gapura-gapura. Maka marilah kita membuka pintu jiwa kita, marilah kita membuka juga gapura-gapura, seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, “Angkatlah kepalamu, hai gapura-gapura, dan bukalah dirimu, hai gerbang abadi, supaya masuklah Raja mulia!” Apabila kamu mau membuka gerbang-gerbang imanmu, Raja mulia akan masuk ke dalam dirimu, dalam perarakan kemenangan atas sengsara-Nya. Keadilan pun mempunyai gerbang-gerbang. Hal ini kita baca dalam Kitab Suci, melalui sabda Tuhan Yesus, lewat nabi-Nya, ‘Bukalah bagi-Ku pintu gerbang keadilan.’
Jadi, jiwa mempunyai gerbang-gerbangnya, jiwa mempunyai pintu masuknya. Kristus datang ke pintu ini dan mengetuk; bukakanlah bagi-Nya, Ia ingin masuk, untuk mendapatkan mempelai-Nya sedang berjaga dan menunggu.