18 Juli 2023

PEKAN BIASA XV – SELASA


Mereka mengalami semuanya di dalam lambang
Pembacaan dari Uraian Santo Ambrosius tentang Rahasia-rahasia Iman

 

Rasul mengajarkan kepada kalian, bahwa leluhur kita semua tertutup di bawah awan, semua menyeberangi laut, dan semua dibaptis ke dalam Musa, di dalam awan dan di dalam laut.  Musa sendiri berkata dalam kidungnya, ‘Engkau mengutus Roh-Mu, dan laut menutup mereka.’  Perhatikanlah bahwa pada waktu itu pembaptisan suci sudah dilambangkan dengan peristiwa orang Ibrani yang menyeberangi laut, dan orang Mesir binasa, sedangkan orang Ibrani selamat.  Ajaran apa yang setiap hari diberikan kepada kita melalui Sakramen ini selain bahwa kesalahan ditenggelamkan, kesesatan dihancurkan, dan keutamaan serta ketulusan lewat tanpa terluka?

Kalian mendengar, bahwa leluhur kita ada di bawah awan.  Itulah awan yang menyejukkan api nafsu-nafsu daging.  Awan itulah yang menaungi mereka yang dikunjungi oleh Roh Kudus.  Akhirnya Roh itu datang pada Perawan Maria, dan kuasa Yang Mahatinggi menaunginya, yakni ketika ia mengandung Penebus umat manusia.  Mukjizat agung ini telah diperlambangkan melalui Musa.  Kalau Roh ketika itu ada di dalam lambang, apakah sekarang ia tidak hadir dalam kenyataan, karena menurut Kitab Suci, “Hukum Taurat diberikan dengan perantaraan Musa, tetapi rahmat dan kebenaran datang dengan perantaraan Yesus Kristus.”

Mara itu sumber air pahit.  Tetapi tatkala Musa melemparkan kayu ke dalamnya, air itu menjadi manis.  Nah, itu suatu lambang bahwa air tanpa pernyataan salib Tuhan tidak ada gunanya untuk keselamatan di masa mendatang; tetapi setelah disucikan oleh rahasia salib yang menyelamatkan, air menjadi siap untuk digunakan bagi pembasuhan rohani dan piala keselamatan.  Maka, seperti Musa, dalam perannya sebagai nabi melemparkan kayu ke dalam sumber air Mara, – demikian juga imam, melalui  pewartaannya memasukkan salib Tuhan ke dalam bejana pembaptisan dan air menjadi manis, siap untuk menyalurkan rahmat.

Jangan hanya percaya akan penglihatan jasmani saja.  Yang tidak kelihatan, itu justru dilihat dengan lebih benar, sebab sifatnya abadi, sedang yang lain itu sementara saja.  Apa yang tidak nampak pada mata, akan terlihat lebih benar, karena ditegaskan oleh pikiran dan jiwa.

Selanjutnya kalian harus menarik pelajaran dari Kitab Raja-Raja, yang mengisahkan tentang Naaman, orang Siria, penderita sakit kusta; tidak ada orang yang dapat mentahirkannya.  Kemudian seorang gadis tawanan berkata, bahwa ada nabi di Israel yang dapat mentahirkan dia dari kustanya.  Dengan membawa perak dan emas, demikian diceritakan kepada kita, Naaman pergi kepada raja Israel.  Setelah raja mendengar maksud kedatangannya, ia mengoyakkan pakaiannya dan berkata bahwa itu suatu dalih yang jahat melawan dia, sebab ia dituntut melakukan sesuatu yang ada di luar kekuasaannya sebagai raja.

Tetapi Elisa mengutus orang dengan pesan kepada raja agar ia mengirimkan orang Siria itu kepadanya, supaya ia mengerti, bahwa di Israel ada Allah.  Dan setelah Naaman datang, Elisa menyuruhnya mandi tujuh kali dalam Sungai Yordan.  Lalu Naaman mulai berpikir-pikir, bahwa ada sungai-sungai di negerinya sendiri yang lebih jernih; ia telah mandi berkali-kali di sungai-sungai itu tanpa pernah ditahirkan dari kustanya.  Inilah yang menggusarkan hatinya, dan ia menolak untuk menaati perintah nabi.  Tetapi para hambanya menasihati dan membujuk dia untuk mengikutinya, maka ia menyerah dan ia mandi.  Pada saat itu juga ia ditahirkan, dan mengertilah ia bahwa orang tidak dibersihkan karena air, tetapi karena rahmat.

Demikianlah orang itu yang sebelumnya meragukan untuk disembuhkan.  Tetapi kalian sudah disembuhkan, maka kalian tidak boleh ragu.