10 Agustus 2023

Pesta Santo Laurentius

(Diakon, Martir)


Ia melayani darah suci Kristus
Pembacaan dari kotbah St. Agustinus

 

Pada hari ini Gereja Roma mengajak kita merayakan kemenangan Santo Laurentius.  Karena hari ini ia menginjak kericuhan dunia kafir dan menyepak bujukan-bujukannya, dan dengan demikian beroleh kemenangan atas serangan setan terhadap imannya.  Sebagaimana sering kalian dengar, Laurentius adalah diakon Gereja di Roma.  Di sana ia melayani darah suci Kristus; di sana demi nama Kristus, ia menumpahkan darahnya sendiri.  Rasul Yohanes dengan jelas mengajarkan kita tentang misteri Perjamuan Tuhan.  Ketika ia menulis: “Seperti Kristus menyerahkan hidup-Nya bagi kita, demikian juga kita harus menyerahkan hidup bagi saudara-saudara kita.”  Saudara-saudaraku, Laurentius mengerti akan hal ini dan ia bertindak menurut pemahamannya. Pengorbanan dirinya sejalan dengan apa yang diterimanya di altar.  Dalam hidupnya, ia mencintai Kristus dan dalam kematiannya, ia mengikuti jejak Kristus.

Saudara, kita pun harus mengikuti jejak Kristus kalau kita sungguh-sungguh mencintai-Nya.  Kita tidak dapat memberikan bukti lebih nyata tentang cinta kita daripada dengan meneladan Dia dalam hidup kita.  “Kristus menderita bagi kita dan meninggalkan teladan bagi kita agar kita mengikuti jejak-Nya.”  Dengan mengatakan ini, rasul Petrus sepertinya telah mengerti bahwa Kristus menderita hanya bagi mereka yang mengikuti jejak-Nya dalam arti bahwa sengsara Kristus tidak berguna bagi mereka yang tidak mengikuti jejak-Nya.  Para martir suci mengikuti Kristus bahkan sampai menumpahkan darah mereka, menyerupai sengsara-Nya.  Tetapi bukan hanya para martir saja yang mengikuti Dia.  Tidaklah benar bahwa jembatan terputus sesudah dilewati para martir; sumber air hidup kekalpun tidak menjadi kering sesudah mereka meminumnya.

Saya memberitahu kalian lagi dan lagi, saudara-saudaraku, bahwa di taman Tuhan, tidak hanya ditemukan bunga mawar para martir, tetapi juga bunga bakung para perawan, bunga jajaran pasangan suami istri dan bunga ungu para janda.  Maka tidak ada alasan bagi golongan orang manapun untuk putus harapan karena berpikir Tuhan tidak memanggil mereka.  Kristus menderita bagi semua.  Apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Dia adalah benar; Ia menghendaki agar semua orang diselamatkan dan sampai kepada pengetahuan akan kebenaran.

Maka marilah kita mengerti bagaimana seorang kristen harus mengikuti Kristus walaupun ia tidak menumpahkan darahnya dan imannya tidak ditantang untuk melalui pencobaan besar, pederitaan martir.  Rasul Paulus berkata tentang Kristus Tuhan kita: “Meskipun dalam rupa Allah, Ia tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan.”  Betapa tak tertandingi keagungan-Nya!  Tetapi Dia menghampakan diri-Nya mengambil bentuk seorang budak, menjadi serupa seperti adanya manusia.  Betapa dalam kerendahan hati-Nya!

Kristus merendahkan diri-Nya.  Orang kristen, itulah yang harus kalian ikuti.  Kristus telah taat!  Mengapa kalian sombong?  Ketika pengalaman perendahan ini selesai dan maut sendiri dikalahkan, Kristus naik ke surga.  Marilah kita mengikuti Dia kesana, “karena kamu telah dibangkitkan bersama Kristus, kamu harus mengarahkan pikiran-pikiranmu ke atas, di mana Kristus sekarang duduk di sebelah kanan Bapa.”

 


* Laurentius, daikon Gereja Roma, menerima kemartirannya pada masa penganiayaan Kaisar Valerianus (258), empat hari setelah Paus Sikstus II dan empat daikon rekannya mengalami hal yang sama.  Menurut tradisi yang dikumpulkan oleh St. Ambrosius, tubuh Laurentius dibakar lalu dipenggal karena tidak mau menyerahkan harta Gereja untuk membayar pajak pada Kaisar.  Laurentius mengumpulkan orang-orang miskin dan sakit, lalu membawa mereka ke hadapan hakim, dan berkata, “Inilah harta kekayaan Gereja!”  Jenazahnya dimakamkan di Campo Verano, Via Tiburtina, dan didirikanlah basilika di atasnya.  “Kekejaman para algojo, api siksaan, belenggu, dimenangkan oleh Laurentius hanya dengan iman.  Damasus memohon sembari mengunjukkan persembahan di altar, agar keutamaan martir yang jaya ini pun menjiwai dirinya.”  (Tulisan pada nisan yang dibuat oleh Paus Damasus)