20 Agustus 2023

MINGGU BIASA XX


Garam dan terang dunia
Pembacaan dari Homili St. Yohanes Krisostomus tentang Injil Matius

 

‘Kamu adalah garam dunia.’  Kristus berkata bahwa sabda ini dipercayakan kepadamu, bukan untuk hidupmu, tetapi untuk seluruh dunia.  Dan Aku juga tidak mengutus kamu ke dua kota saja, atau sepuluh atau dua puluh, juga tidak kepada satu bangsa, seperti dahulu Aku mengutus para nabi, tetapi melalui darat dan laut, kepada seluruh dunia, dunia yang keadaannya buruk sekali.  Sebab kalau Kristus berkata, ‘Kamu adalah garam dunia,’ Ia menyatakan bahwa seluruh kodrat manusia telah menjadi hambar dan busuk oleh dosa.  Maka Ia terutama mencari keutamaan pada mereka, yang amat perlu dan berguna bagi pemeliharaan orang banyak.  Orang yang lembut, sederhana, penuh belas kasih dan jujur tidak membatasi perbuatan baik dalam diri sendiri, melainkan menginginkan agar sumber-sumber segar itu mengalir demi kepentingan orang lain.  Kecuali itu, orang yang murni hatinya, orang pencinta damai, yang merasakan dorongan akan kebenaran, orang seperti itu mengatur hidupnya demi kepentingan semua orang.

Jangan mengira, bahwa kamu telah ditentukan untuk hal-hal kecil atau untuk menangani perkara-perkara yang tak berarti.  ‘Kamu adalah garam dunia.’  Apakah murid-murid itu harus memulihkan makanan yang sudah busuk?  Tidak!  Garam tidak memperbaiki yang sudah busuk.  Garam dicampurkan pada barang yang sudah dibarui, yang telah dibebaskan dari kebusukan.  Kuasa Kristuslah yang diperlukan untuk membebaskan dari kebusukan jiwa oleh dosa; dan tugas para murid adalah menjaga dengan usaha keras, agar kebusukan oleh dosa itu tidak terulang kembali.

Tahukah kamu, bagaimana secara bertahap Kristus menunjukkan bahwa para murid itu lebih tinggi daripada para nabi?  Ia menyatakan, bahwa mereka itu harus menjadi guru, bukan hanya untuk daerah Palestina, tetapi untuk seluruh dunia.  Maka janganlah heran, kata-Nya, jika Aku mengkhususkan kamu untuk menempuh bahaya-bahaya besar.  Perhatikanlah jumlah dan luasnya kota-kota, bangsa-bangsa dan suku bangsa, yang Kuserahkan kepadamu untuk kamu pimpin.  Maka dari itu Aku ingin, tidak hanya agar kamu bijaksana, tetapi agar kamu juga membuat orang lain menjadi bijaksana seperti dirimu sendiri.  Bila kamu tidak mampu berbuat itu, kamu tidak akan mampu menjaga dirimu sendiri.

Jika orang lain telah kehilangan rasa, maka mereka dapat memperoleh rasa itu kembali karena pelayananmu; tetapi kalau kamu sendiri kehilangan rasa itu, kamu akan menyeret orang lain ke dalam kebinasaan bersama kamu.  Maka semakin besar tugas yang dipercayakan kepadamu, semakin besar tanggung jawabmu.  Itu sebabnya Kristus berkata, ‘Kalau garam kehilangan rasanya, bagaimana akan dapat mengembalikan rasanya lagi?  Tidak ada gunanya lagi, kecuali untuk dibuang keluar dan diinjak-injak orang.’

Agar para murid tidak takut untuk maju di depan umum bila mendengar kata-kata berikut: ‘… Apabila orang mengolok-olok kamu dan mengejar-ngejar kamu dan mengatakan segala hal yang jahat kepadamu,’ Tuhan menambahkan: ‘kalau kamu tidak siap untuk ini semua, sia-sialah kamu Kupilih.’  Tak bisa dihindari bahwa kamu akan dicaci maki, tetapi ini tidak akan merugikan kamu sama sekali.  Bahkan itu justru akan memberi kesaksian tentang ketabahanmu.  Tetapi, jika karena takut akan dicaci maki, kamu kehilangan semangat yang selayaknya kamu miliki, kamu kiranya akan menderita jauh lebih berat.  Kamu akan mendapat nama jelek dan menjadi bahan hinaan bagi semua; inilah artinya diinjak-injak orang.

Lalu Ia meneruskan dengan lambang yang lebih indah, ‘Kamu adalah terang dunia.’  Sekali lagi disebutkan dunia; bukannya satu bangsa atau dua puluh kota, tetapi seluruh bumi: terang bagi akal budi, melebihi sinar matahari, seperti garam rohani juga.  Pertama-tama garam, lalu terang, untuk mengajarkan kepadamu keuntungan dari pewartaan yang bernyala-nyala, manfaat dari ajaran yang serius.  Akibatnya adalah mengikat erat, dan mengukuhkan; memberikan pandangan jelas dan membawa kita kepada keutamaan.  ‘Kota di atas bukit tidak dapat tersembunyi, dan orang tidak menyalakan pelita untuk dimasukkan di bawah gantang.’  Sekali lagi dengan kata-kata ini Ia mendesak mereka untuk hidup teratur, mengajar mereka untuk siap bertindak, sebab mereka hidup dengan pandangan semua orang terarah kepada mereka, pejuang-pejuang di tengah medan gelanggang dunia.