Pada setiap tanggal 20 Agustus, para rahib-rubiah Cisterciensis merayakan Hari Raya Santo Bernardus, seorang rahib, abas pertapaan Clairvaux. Pengajaran St. Bernardus mempunyai ciri monastik, tetapi kenyataannya besar pengaruhnya dalam spiritualitas Kristen, di luar tembok-tembok pertapaan Cisterciensis. Gereja menggelarinya sebagai Pujangga Berbahasa Madu, yang sangat dikenal melalui traktat, khotbah dan tulisan-tulisannya yang masih tetap aktual bagi hidup berkomunitas para rahib dan semua orang Kristen pada umumnya. Tugas kami adalah untuk mengusahakan agar kami tidak menyia-nyiakan rahmat Allah.
Berikut adalah renungan singkat yang ditulis oleh Thomas Merton, seorang rahib dari pertapaan Gethsemani, AS: “Bagaimana bertindak seturut Sabda Allah”
St. Bernardus menggemakan ini dalam kata-kata berikut: “Oh manusia, dengan rahmat yang kauterima, kamu tidak perlu menyeberang lautan, menembus awan-awan atau mendaki gunung-gunung. Tak ada perjalanan besar yang ditunjukkan kepadamu: bila kamu berharap bertemu dengan Allah, masuklah ke dalam hatimu sendiri. Untuk menemukan Sabda dalam hati kita, kita harus masuk ke dalam diri kita sendiri, bukan dengan banyak introspeksi, tapi dengan compunctio (penyesalan). Hal ini penting. Gerak “ke dalam” dari compunctio ini bukanlah soal menyembunyikan diri di dalam diri kita sendiri, melainkan pembebasan diri, yang terjadi di kedalaman diri kita, dan mengeluarkan kita dari dalam.
Maka, marilah kita keluar dari kita sendiri! Pembebasan dari berpusat pada diri kita sendiri merupakan awal dari pertobatan, suatu metanoia, transformasi batin nyata. Hidup interior sejati bukanlah hidup kita sendiri di kedalaman keberadaan kita, melainkan kedatangan Allah; Allah yang masuk di kedalaman keberadaan kita, yang sebelumnya kita keluar darinya untuk memberi ruang bagi Dia. Kehadiran Allah, dalam kemurnian-Nya memberi kita hidup interior yang benar, kemurnian hati, puritas cordis. Sesungguhnya Dialah ”auctor puritatis” (pencipta kemurnian). Dengan kedatangan ini, Ia masuk ke dalam jiwa dan menerangi jiwa dengan kehadiran-Nya yang tak kelihatan.”
Marilah kita setiap hari mengambil waktu untuk berdoa, membuka diri dengan benar di hadapan Allah, dan memohon kepada Roh Kudus: “Ya Roh Kebenaran, bantulah kami untuk keluar dari kesempitan cinta diri sendiri dan terbuka untuk berbagi kasih dengan sesama untuk kemuliaan Tuhan”. Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1Kor. 10:31).