24 Agustus 2023

Pesta Santo Bartolomeus, Rasul


Kelemahan Allah lebih kuat daripada manusia
Pembacaan dari homili Santo Yohanes Krisostomus
tentang surat pertama kepada Jemaat di Korintus

 

Melalui orang-orang yang tak berpendidikan, salib menumbuhkan keyakinan bagi seluruh dunia.  Pembicaraan mereka bukannya tentang hal-hal yang tidak penting tetapi mengenai Allah dan agama yang benar, tentang cara hidup menurut Injil dan tentang pengadilan yang akan datang.  Salib mengubah orang-orang sederhana yang tidak berpendidikan menjadi ahli-ahli falsafah.  Sungguh, kebodohan Tuhan lebih bijaksana daripada manusia, dan kelemahan-Nya lebih kuat.

Bagaimana lebih kuat?  Karena mengalahkan seluruh dunia dan menguasai semua manusia.  Kendati tak terbilang banyaknya orang yang mencoba menghapus nama Sang Tersalib, namun nama itu terus berkembang dan bertumbuh semakin kuat.  Musuh-musuh-Nya kalah dan musnah; orang-orang hidup yang berperang melawan Dia yang sudah mati, ternyata tidak dapat menang.  Maka, waktu seorang Yunani mengatakan bahwa aku mati, ia hanya menunjukkan bahwa ia sungguh bodoh, sebab aku, yang dipikirnya bodoh, ternyata lebih bijak daripada kaum cendikiawan, begitu pula, dengan menyebutku lemah, ia hanya menunjukkan bahwa ia jauh lebih lemah.  Sebab perbuatan-perbuatan baik yang dapat dicapai para pemungut cukai dan nelayan berkat rahmat Tuhan, bahkan tidak sampai dibayangkan oleh para filsuf, para penguasa dan begitu banyak orang.

Tentang hal inilah Paulus berkata, “Kelemahan Allah lebih kuat daripada segala manusia”.  Bahwa pewartaan orang-orang ini sungguh-sungguh ilahi juga telah sampai kepada kita dengan cara yang sama.  Sebab, bagaimana mungkin 12 orang tak berpendidikan yang hidup dari danau, sungai dan tempat-tempat terpencil mendapat gagasan akan karya yang sedemikian besar?  Bagaimana mungkin orang-orang yang mungkin belum pernah berada di kota maupun lapangan umum berpikir untuk bertempur dengan seluruh dunia?  Kenyataan bahwa mereka itu penakut dan tidak jantan dibuat jelas oleh Penginjil yang tidak menolak kenyataan maupun mencoba untuk menutupi kelemahan mereka.  Sesungguhnya, hal ini sendiri menjadi bukti dari kebenaran.  Apakah yang dikatakan penginjil tentang mereka?  Bahwa saat Kristus ditangkap, yang lainnya melarikan diri, kendati semua mukjizat yang telah mereka saksikan, sementara seorang yang merupakan pemimpin dari yang lainnya mengingkari Dia!

Inilah orang-orang yang tidak kuat menghadapi orang-orang Yahudi semasa Kristus masih hidup.  Tetapi setelah Ia wafat dan dimakamkan, mereka maju bertempur melawan seluruh dunia.  Bagaimana hal itu mungkin, –jika seperti kamu katakan– Kristus tidak bangkit dari maut, berbicara dengan mereka dan membangkitkan keberanian mereka?  Mungkinkah mereka berkata pada diri mereka sendiri, “Apa ini?  Dia tidak dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri tapi Dia akan melindungi kita?  Dia tidak menolong diri-Nya sendiri sewaktu hidup, tapi karena sekarang Dia mati, Dia akan mengulurkan tangan-Nya kepada kita?  Semasa hidup-Nya Ia tidak menguasai satu bangsa pun tetapi dengan menyebut nama-Nya kita akan memenangkan seluruh dunia?”  Bukankah sama sekali tidak masuk akal membayangkan hal-hal seperti itu, apalagi bertindak demikian?  Maka jelaslah bahwa jika mereka tidak melihat Dia bangkit dan mempunyai bukti kuat akan kuasa-Nya mereka tidak akan bertaruh sedemikian banyak.