Apakah doa itu? Bagaimana kita berdoa? Ini pertanyaan yang sering dilontarkan oleh banyak orang. Sering kita berpikir bahwa doa itu berarti berbicara dengan Tuhan. Jawaban ini bisa membuat putus asa, karena jika kita berbicara dengan seseorang bahkan dengan Tuhan pun, kita mengharapkan akan mendapat jawaban. Namun, lambat laun kita akan menyadari bahwa pembicaraan kita dengan Tuhan seperti sebuah monolog dan kita tidak yakin dengan siapa sebenarnya kita sedang berbicara, dengan Tuhan atau dengan diri sendiri. Krisis hidup doa kita dimulai saat kita mengalami bahwa pikiran kita penuh dengan ide tentang Allah tetapi hati kita tetap jauh dari Dia.
Berdoa pertama-tama adalah mendengarkan Yesus yang berbicara di kedalaman hati kita. Dia tidak berteriak, Dia tidak memaksakan diri-Nya untuk masuk dalam diri kita. Suara-Nya sangat lembut, hampir seperti sebuah bisikan. Maka doa merupakan suatu pendengaran akan suara-Nya. Pendengaran ini harus menjadi suatu pendengaran yang aktif dan penuh perhatian. Sebab biasanya di saat kita hening atau diam untuk berdoa, untuk mendengarkan suara-Nya, justru saat itu kita menemukan bahwa di dalam diri kita ada banyak suara lain yang berasal dari kegelisahan kita, dari dunia yang ingin menjauhkan kita dari Dia.
Kita perlu mengambil waktu setiap hari untuk mendengarkan suara Allah secara aktif, mungkin hanya 10 menit setiap harinya. Namun jika 10 menit itu dihayati dengan setia, pelan-pelan akan membawa suatu perubahan radikal dalam hidup kita. Tinggallah dalam keheningan selama 10 menit setiap hari untuk mendengarkan suara-Nya yang berbisik kepada kita. Dengarkanlah Dia yang berkata dengan lembut: “Aku mencintaimu”.
Ya Tuhan, bantulah aku untuk mendengarkan suara-Mu yang berbisik dengan lembut bahwa Engkau mencintai aku, bantulah aku merasakan dan mengalami kehadiran-Mu di tengah-tengah kesusahanku. Bawalah seluruh diriku di dalam tangan-Mu dan berilah aku istirahat di dalam kasih-Mu. Amin.