29 Agustus 2023

Peringatan Wafatnya
Santo Yohanes Pembaptis


Pendahulu Kristus dalam kelahiran dan kematian
Pembacaan dari homili Santo Beda Venerabilis

 

Sebagai pendahulu Tuhan kita dalam kelahiran, pewartaan dan kematian, Santo Yohanes Pembaptis menunjukkan dalam perjuangannya kebaikan yang pantas mendapat pahala di surga.  Sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci: kendati dalam pandangan manusia, ia menderita siksaan, ia menaruh harapan pasti akan keabadian.  Tepatlah kita merayakan kelahirannya dengan sukaria, hari yang dimeriahkannya sendiri bagi kita melalui penderitaannya dan dihiasinya dengan kemilau merah darahnya.  Sungguh pantas kita menghormati peringatan akan dia dengan hati penuh sukacita karena ia menandai kesaksian yang diberikannya atas nama Tuhan dengan meterai kemartiran.

Tak disangsikan bahwa Santo Yohanes Pembaptis menderita belenggu di dalam penjara sebagai saksi Sang Penebus kita yang didahuluinya dan menyerahkan hidupnya bagi Dia.  Penghukumnya tidak memintanya menyangkal Kristus, tetapi hanya supaya dia diam tentang kebenaran.  Namun bagaimana pun juga, ia mati bagi Kristus.  Bukankah Kristus berkata: Akulah kebenaran?  Maka dengan menumpahkan darahnya demi kebenaran, ia jelas mati bagi Kristus.  Melalui kelahiran, pewartaan dan pembaptisannya, ia memberi kesaksian akan kedatangan kelahiran, pewartaan dan pembaptisan Kristus.  Dan dengan penderitaannya sendiri ia menunjukkan bahwa Kristus juga akan menderita.

Demikianlah kualitas dan kekuatan seorang yang menerima akhir hidupnya di dunia dengan menumpahkan darahnya setelah masa penjara yang panjang.  Ia mewartakan kebebasan kedamaian surgawi namun dibelenggu oleh orang-orang fasik, ia dikurung dalam kegelapan penjara, kendati ia datang memberi kesaksian akan terang kehidupan dan layak disebut pelita yang terang dan bersinar oleh Kristus, Sang Terang sendiri.  Yohanes dibaptis dalam darahnya sendiri, meskipun ia diberi kurnia istimewa membaptis Sang Penebus dunia, mendengar suara Bapa di atas-Nya dan melihat karunia Roh Kudus turun atas-Nya.  Tetapi menanggung derita siksaan sementara demi kebenaran bukanlah suatu beban berat untuk orang-orang seperti Yohanes, sebaliknya hal itu dianggap ringan bahkan diinginkan karena ia tahu sukacita abadi akan menjadi pahalanya.

Karena kematian selalu dekat dan tak terelakan secara kodrati, orang-orang seperti itu beranggapan bahwa memeluk kematian merupakan berkat dan dengan demikian menerima pahala hidup abadi dengan mengakui nama Kristus.  Maka benarlah yang dikatakan Rasul Paulus: kepadamu telah dikaruniakan tidak hanya untuk percaya akan Kristus tetapi juga untuk menderita demi Dia.  Ia memberitahukan kita mengapa menderita bagi Kristus merupakan berkat bagi para pilihan-Nya.  Sebab penderitaan hidup ini tidak sebanding dengan kemuliaan mendatang yang akan dinyatakan dalam diri kita.