Setiap tahun, Gereja Katolik menetapkan bulan September sebagai bulan Kitab Suci. Selama bulan itu, umat di Keuskupan, di paroki maupun lingkungan-lingkungan, mengadakan pertemuan untuk mendalami Sabda Allah dalam Kitab Suci. Merenungkan, mengkontemplasikan Sabda Allah dalam Kitab Suci, itulah Lectio Divina. Lectio merupakan contoh immersion atau pembenaman, yang penuh dan kuat, karena merupakan pembenaman Sabda Allah, Pribadi Sabda yang penuh Misteri.
Misteri yang terkandung dalam Sabda menembus hati, dan hati menembus Misteri. Dinamika ini, yaitu dinamika pembenaman dan saling menembus: adalah inti dari lectio divina dan hidup kontemplatif.
Lectio divina adalah proses kontemplatif yang dapat membimbing kita kepada pengalaman kontemplatif – kepada persatuan dengan Misteri yang dikontemplasikan. Lectio adalah cara untuk berada bersama Sabda, suatu proses yang meminta sikap kontemplatif yang khas, suatu cara berada daripada berbuat. Yang diperlukan hanyalah bahwa kita hadir dan membiarkan Sabda, Misteri itu, datang kepada kita: membiarkan diri ditangkap atau dikalahkan oleh Sabda, daripada membuat penghalang pada jalannya untuk mencoba menguasai atau mengalahkan Sabda!
Dalam lectio, Allah menyapa manusia. Maka sebaiknya kita bertanya diri: “Sabda itu mengatakan apa kepadaku? Allah, Yesus dan Roh Kudus berbicara apa kepadaku melalui Sabda yang kubaca?” Dan kita membiarkan Sabda itu menembus hati kita. Jika kita sungguh bertekun dalam membaca dan merenungkan Kitab Suci serta membuka hati kepada Tuhan, maka pelan-pelan hidup kita akan diubah dan hati kita dipenuhi dengan damai.
Dalam Liturgi, ada dua antifon untuk Mazmur Tanggapan yang dipakai sepanjang tahun (lih. Komisi Liturgi KWI tahun 1997):
”Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan”;
“Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan.”
Mazmur 119 khususnya, sangat kaya dengan ungkapan hati pemazmur terhadap sabda Tuhan. Maka, agar hidup kita dijiwai oleh Sabda, marilah kita belajar mencintai Sabda Tuhan dalam hidup kita sehari-hari dengan berdoa bersama pemazmur:
“Aku menantikan keselamatan dari pada-Mu, ya Tuhan, dan aku melakukan perintah-perintah-Mu. Aku amat mencintainya. Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian, sebab Engkau mengajarkan ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. (Mzm. 119:166-167,171)