19 September 2023

PEKAN BIASA XXIV – SELASA


Paulus, gembala teladan
Pembacaan dari khotbah St. Agustinus tentang para Gembala Umat

 

Pada suatu waktu ketika Paulus terbelenggu di penjara karena membela kebenaran, ia mengalami kesulitan besar.  Para saudara Kristiani mengirimkan padanya bantuan untuk memenuhi segala keperluannya.  Ia menulis tanda terima kasih kepada mereka dengan kata-kata ini, “Kamu telah berbuat baik dengan ikut serta dalam penderitaanku.  Aku sudah belajar untuk puas dalam keadaan manapun juga.  Aku sudah belajar apa maknanya berada dalam  kelimpahan maupun dalam kekurangan.  Aku dapat berbuat segala dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.  Tetapi meskipun demikian, kamu telah berbuat baik dengan mengirim bantuan kepadaku bagi keperluanku.”

Tetapi Paulus ingin menunjukkan apa yang ia cari dalam perbuatan baik mereka, dan berjaga agar di antara mereka tidak ada yang tergolong sebagai yang memberi makan diri sendiri dan bukan kawanan mereka.  Kegembiraannya karena dibebaskan dari kekurangan tidak sebesar kegembiraaannya atas kemurahan hati mereka.  Maka, apakah yang ia cari?  Ia berterima kasih kepada mereka karena mereka begitu murah hati.  “Bukan pemberian yang kucari, tetapi buah!” katanya; “yang kucari hanyalah buah dari kerjaku.”  Maksudnya: Bukan agar saya dipuaskan, tetapi agar kamu jangan tinggal kosong.

Jadi bagi mereka, yang tidak dapat berbuat seperti Paulus, yakni menanggung hidupnya dengan kerja tangan sendiri, biarlah mereka mencukupi kebutuhannya dengan mengambil bagian dari susu domba, tetapi tanpa mengabaikan kepentingan domba.  Mereka jangan hanya mencari keuntungan sendiri, seolah-olah pewartaan Injil dilaksanakan demi memenuhi kebutuhan mereka sendiri, tetapi mereka harus membawa terang sabda supaya bersinar kepada manusia.  Sebab mereka itu bagaikan terang, seperti dikatakan, “Biarlah pinggangmu terikat dan lampumu tetap menyala.”  Atau seperti dikatakan di lain tempat, “Tidak ada orang yang menyalakan lampu untuk ditempatkannya di bawah gantang, tetapi di atas kaki pelita, agar memberi terang kepada semua yang ada di dalam rumah; hendaklah terangmu bersinar di hadapan orang, agar mereka melihat pekerjaanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu yang ada di surga.”

Jika kamu menyalakan lampu di dalam rumahmu, pasti kamu mengisinya dengan minyak secukupnya, agar jangan sampai mati!  Tetapi apabila setelah diisi dengan minyak, lampu itu tidak memberi terang, jelas bahwa tidak layak ditempatkan di atas kaki pelita dan lebih baik dibuang saja!  Agar lampu itu tetap menyala, haruslah menerima minyak yang disediakan demi cinta kasih.  Demikian pula kebutuhan hidup itu diterima sebagai anugerah tetapi ditawarkan karena cinta kasih.  Janganlah menganggap Injil itu sesuatu yang dapat dijual, dan pengkhotbah menuntut harga bagi nafkah kehidupannya.  Jika mereka berbuat demikian, mereka menjual murah harta yang amat berharga dan luhur.  Baiklah mereka menerima bantuan dari umat untuk keperluannya; sedangkan upah pelayanan mereka datang dari Tuhan!  Tidak betul bahwa umat membayar jerih payah mereka, yang bekerja demi cinta kasih kepada Injil.  Mereka ini menantikan imbalan hanya dari Dia, yang memberi keselamatan.

Tetapi mengapa para gembala itu ditegur?  Apa sebabnya mereka dituduh?  Sebab jika mereka hanya mengambil susu dari kawanannya, dan berpakaian dengan bulunya, mereka melalaikan kawanannya.  Jadi mereka hanya melayani kepentingan sendiri, bukan kepentingan Yesus Kristus.