20 September 2023

Peringatan
St. Andreas Kim Taegon dkk,
Para Martir Korea


“Maka terbukalah mata mereka dan mengenal-Nya”
Khotbah dari St. Yohanes Paulus II
pada upacara kanonisasi para martir Korea

 

Gereja Korea ini belum berpengalaman, masih begitu muda namun sudah begitu kuat dalam imannya, dan telah bertahan dalam bermacam-macam gelombang penganiayaan yang bengis.  Dengan demikian dalam waktu kurang dari satu abad gereja ini sudah dapat membanggakan diri, karena puluhan, malahan ribuan para martirnya.  Tahun-tahun tersebut selalu membawa tanda darah para martir Anda, dan akan tercetak selama lamanya dalam hati Anda.

Dengarlah kata-kata terakhir dari Theresia Kwon seorang martir pertama “Jika dikatakan bahwa Allah di surga adalah Bapa dari semua umat manusia dan Tuhan dari semua ciptaan, bagaimana mungkin memintaku untuk menyangkal-Nya.  Juga di dunia ini, mereka yang menolak ayah dan ibunya sendiri tidak akan dimaafkan, lebih lagi, aku tak dapat menghianati Ia yang adalah Bapa kita semua.”

Satu generasi sesudahnya, ayah dari Petrus Yu yakni Agustinus dengan tegas menjelaskan: “Sekarang karena saya telah mengenal Tuhan, tak mungkin bagiku untuk menghianati-Nya.”  Petrus Cho menjelaskan lebih dalam lagi dengan berkata: “Andaikata seorang ayah sendiri berbuat suatu kejahatan tak seorang pun berhak untuk menolaknya dan tidak mengakuinya sebagai ayahnya sendiri.  Bagaimana mungkin saya dapat mengatakan bahwa aku tidak mengenal Bapa di surga sebagai Tuhan yang adalah begitu baik?”

Dan apa yang disaksikan oleh Agatha Yi yang berusia 17 tahun, ketika ia dan adiknya diberi tahu oleh berita bohong bahwa orang tuanya telah menyangkal iman yang benar?  “Andaikata orang tuaku telah berkhianat atau tidak itu urusan mereka, namun bagi kami tak akan dapat menghianati Allah Surgawi yang selalu kami layani.”

Selain itu banyak para martir yang tak dikenal, yang dengan rendah hati mengabdi Tuhan dengan keberanian iman yang sama.  Para martir Korea telah memberi kesaksian iman tentang Kristus yang disalibkan dan bangkit.  “Darah para martir merupakan benih kristiani.”  Kata-kata dari abad pertama masa Kristiani dikokohkan pada saat kini di depan mata kita.

Hari ini Gereja di tanah Korea ingin bersyukur dengan cara yang meriah pada Tritunggal Mahakudus untuk hadiah penebusan.  Mengenai anugerah ini St. Petrus menulis: “Ketahuilah bahwa kita ditebus bukan dari nilai yang dapat usang seperti emas atau perak, biarpun dapat ditebus, tetapi kita ditebus dengan nilai dari darah murni dan bersih Anak Domba Kristus yang berharga.  Atas dasar nilai yang tinggi dan nilai penebusan ini, Gereja Anda menginginkan, di atas dasar kesaksian para martir Korea, menambahkan suatu kesaksian kekal dari iman, harap dan kasih.  Semoga melalui kesaksian ini Yesus Kristus semakin dikenal di negara Anda.

 


Andreas Kim Taegon imam, Paulus Chong Hasang dan kawan-kawannya adalah martir-martir pertama dari Korea.  Pewartaan iman di Korea dimulai pada awal abad XVII oleh beberapa awam yang berhasil membentuk komunitas yang kuat dan tahan uji dalam iman sampai kedatangan para misionaris dari Perancis.  Kelompok awal itu menjadi bagian dari 103 martir yang semuanya adalah orang-orang Korea, bersama 3 Uskup dan 7 imam MEP (Tarekat Misionaris Paris) yang dibunuh tahun 1839, 1846, 1866, dan 1867.  Berita tentang kemartiran mereka mengukuhkan dan memberikan kesaksian otentik.  Dari berita-berita ini ada surat terakhir dari seorang imam, Andreas Kim Taegon yang berpesan, “Saat berada dekat dengan pertarungan ini, aku berdoa bagi kalian dan memohon supaya kalian berjalan dalam kesetiaan; dan akhirnya kalian masuk ke dalam surga, kita akan bergembira bersama.  Aku mencium kalian untuk yang terakhir kalinya sebagai tanda kasihku.”