Kunjungan Persaudaraan

Komunitas Gedono dengan penuh sukacita menyambut undangan Rm. Abas Gonzaga untuk mengadakan kunjungan persaudaraan pada 15-16 September 2023 dalam rangka turut bersyukur atas perayaan 70 tahun berdirinya pertapaan St. Maria Rawaseneng.  Sukacita kami menjadi semakin penuh karena kunjungan ini juga menjadi kesempatan untuk merayakan pesta nama Ibu Abdis kami, Ibu Cornelia pada 16 September 2023.  Kunjungan ini seperti suatu nostalgia, mengenang kembali acara pesta nama Ibu Martha (Abdis terdahulu) 10 tahun yang lalu.

Pada pukul 14.15 dengan bus besar, kami meninggalkan pertapaan Gedono.  Di tengah jalan, bus yang kami tumpangi bannya pecah sehingga harus diganti dan kami semua harus turun dari bus.  Tetapi dalam keadaan seperti itu pun kami tetap bergembira, mengapa?  Karena ketika menunggu pak sopir mengganti ban, lewatlah penjaja cilok dengan sepedanya …. dan jadilah kesempatan untuk menikmati cilok bersama-sama.

Setelah kami sampai di pertapaan Rawaseneng, kami masuk kamar masing-masing dan bersiap-siap untuk merayakan ibadat sore bersama para rahib.  Selalu merupakan kesegaran bagi seorang rahib ataupun rubiah ketika berada di Gereja untuk menyanyikan mazmur-mazmur dan berdoa bersama sebagai satu Tubuh Kristus, seperti ikan yang dimasukkan lagi dalam lautan.  Kami semakin mengamini bahwa pujian ternyata telah menyatu dan menjadi bagian diri kami.  Keesokan harinya kami merayakan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Abas Gonzaga.  Dalam kata pengantarnya Rm. Abas mengatakan bahwa kunjungan persaudaraan ini merupakan wujud dari gerakan sinodalitas yang digalakkan oleh Bapa Suci Fransiskus, kunjungan ini juga membangkitkan kembali rasa syukur atas panggilan hidup monastik.  Lagu-lagu yang dibawakan dalam misa bergaya Jawa dan kyriale gaya Sunda, bagian solis dinyanyikan oleh rahib dan rubiah.  Sungguh suatu kesempatan yang indah dan menyatukan.  Syukur, sukacita, dan kesatuan tujuan dalam panggilan, itulah yang menjiwai lagu-lagu yang kami nyanyikan bersama.

 

Setelah makan pagi, kedua komunitas berkumpul untuk berpesta bersama, ada permainan, teka-teki silang, gerak dan lagu, dan juga kuis Kitab Suci.  Komunitas Rawaseneng menyanyikan lagu “Lilin-lilin Kecil” diiringi dengan biola, gitar, dan keyboard.  Di tengah-tengah lagu, dibacakan puisi yang isinya tentang keberadaan pertapaan yang diibaratkan seperti lilin-lilin kecil, apakah api lilin tetap menyala di tengah dunia saat ini yang penuh kebisingan dan lupa akan Tuhan?  Itulah panggilan kami sebagai Gereja Monastik yang menjadi tanda kehadiran Tuhan di tengah dunia, kerasulan yang tersembunyi namun subur.  Komunitas Gedono menampilkan TV Show yang menyajikan aneka penampilan, kaum muda menyanyi dengan diiringi gerakan yang lincah, jenaka, dan semangat, ada lagu Melati Putih yang diiringi tarian kipas yang indah dan lemah gemulai, tetapi ada juga lagu pujian kepada Tuhan yang dibawakan dengan serius dan tenang.  Walaupun kami di pertapaan, semua kreativitas masih bisa terungkapkan, suatu tanda ada kehidupan yang terus mengalir dalam setiap komunitas.

Setelah makan siang meriah, kami cuci piring meriah juga kemudian kami melanjutkan acara dengan keliling rumah …. Kami mengelilingi tempat kerja, kamar sakit, tempat novisiat, ke makam, juga ke Ruang doa yang ada di luar pertapaan Rawaseneng.  Ya, kami rahib dan rubiah adalah pecinta tempat.

Pukul 16.00 kami meninggalkan pertapaan Rawaseneng untuk kembali ke Gedono, kami membawa semua ingatan akan kebersamaan, kesatuan, sukacita yang dianugerahkan Tuhan kepada kami semua.  Terimakasih atas penyambutan, keramahtamahan, kasih persaudaraan, dan kebapaan dari Rm. Abas Gonzaga dan setiap saudara di Rawaseneng.  Bersatu dan berjalan bersama dalam panggilan Tuhan.  Tuhan memberkati kita semua.  Amin

 

“Dalam keheningan bersama Allah merajut hari-hari penuh syukur dan sukacita”

 

(Foto-foto dapat dilihat di Galeri)