3 Oktober 2023

PEKAN BIASA XXVI – SELASA


Kristus memberi teladan kepada kita dalam diri pribadi-Nya
Pembacaan dari Surat St.  Polikarpus kepada umat di Filipi

 

   Orang-orang yang bertugas sebagai imam hendaknya menaruh belas kasihan dengan murah hati, ramah dan penuh bela rasa terhadap semua orang.  Tugas mereka adalah membawa pulang orang yang tersesat, memperhatikan semua yang sakit, dan tidak melalaikan para janda, yatim piatu dan kaum miskin.  Pelayanan mereka setiap saat haruslah memperhatikan apa yang berkenan di hadapan Allah dan manusia.  Amarah, pilih kasih atau keberpihakan, dan prasangka harus dihindarkan sejauh-jauhnya dan keinginan untuk uang harus menjadi hal yang sama sekali asing bagi mereka.

Janganlah mereka terlalu cepat percaya akan kejelekan yang dikatakan tentang seseorang, dan jangan tergesa-gesa mau mengadili sesama.  Baiklah menyadari bahwa kita semua ini berhutang karena dosa.  Kalau kita memohon kepada Tuhan agar Ia mengampuni kita, kita sendiri harus juga mengampuni; kita semua berada di bawah mata Tuhan Allah kita, dan semua harus berdiri di hadapan takhta pengadilan Kristus; untuk memberikan pertanggungjawabannya sendiri.

Maka hendaknya kita mengabdi Allah dengan takwa dan hormat kepada-Nya.  Yang diajarkan Tuhan kepada kita, diajarkan pula oleh para rasul, yang mewartakan injil kepada kita, dan para nabi yang meramalkan kedatangan Tuhan.  Maka marilah kita sungguh cinta akan kebaikan, dan berusaha sedapat-dapatnya untuk menolak segala relasi dengan saudara-saudara yang menyesatkan, dan mereka yang menyandang nama Tuhan secara munafik, agar  kita tidak membuat sandungan bagi orang lain.

Yang tidak mengakui bahwa Yesus Kristus telah datang dalam daging, mereka itulah anti Kristus.  Dan yang menolak untuk menerima kesaksian salib datangnya dari setan.  Barangsiapa memutar balikkan sabda-sabda Tuhan demi keinginan sendiri, dengan mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan maupun pengadilan, itulah anak sulung setan.

Maka marilah kita menghentikan semua kebodohan dan ajaran sesat ini, dan kembali kepada sabda, kepada ajaran yang disampaikan kepada kita dari awal mula.  Marilah kita “waspada dan  berjaga dalam doa dan berpuasa”, memohon kepada Tuhan Yang  Mahatahu, agar Ia tidak memasukkan kita ke dalam pencobaan.  Sebagaimana Tuhan bersabda, “Jiwa itu memang sedia, namun daging itu lemah.”

Janganlah kita pernah mengendorkan harapan akan jaminan kebenaran kita, ialah Yesus Kristus, yang menanggung dosa-dosa kita dalam tubuh-Nya pada kayu salib.  Walaupun Ia tidak berdosa, dan tidak ada dusta dalam mulut-Nya, Ia dengan tabah menderita segalanya demi kita, agar kita memperoleh hidup di dalam Dia.  Marilah kita meneladan  ketabahan-Nya penuh kesabaran; dan  kalau kita harus menderita demi nama-Nya, marilah kita memberikan kemuliaan kepada-Nya.  Sebab itulah teladan pribadi-Nya, yang dianugerahkan-Nya kepada kita dan di situlah kita telah belajar menaruh kepercayaan kita.