Gedono
6 Oktober 2023

Peringatan St. Bruno

(Imam dan Pertapa)


Aku akan selalu ingat padamu, ya Yerusalem
Pembacaan dari tafsir St. Bruno tentang Mazmur 83

 

“Betapa menyenangkan kediaman-Mu, ya Tuhan!  Jiwaku mendambakan masuk ke pelataran rumah Tuhan,” Yerusalem surgawi, kota Allah yang suci.

Mengapa si pemazmur mendambakan masuk ke pelataran rumah Tuhan?  Jawabnya, “Berbahagialah orang, yang diam di rumah-Mu!”  Berbahagialah orang yang diam di Yerusalem surgawi, ya Tuhan, Allah segala kuasa, Rajaku dan Allahku.  Seakan-akan ia berkata, “Siapa yang tidak ingin masuk di pelataran rumah-Mu, jika Engkau itu Allah Pencipta, Tuhan segala kuasa dan Raja?  Siapa tidak ingin masuk pelataran rumah-Mu, jika semua yang diam di rumah-Mu itu bahagia?  Pelataran dan rumah di sini sama saja!  Kalau ia berkata, “berbahagia”, yang dimaksud ialah, bahwa mereka memiliki kebahagiaan yang begitu besar sejauh orang dapat membayangkannya.  Ini berarti bahwa mereka berbahagia, karena “mereka akan memuliakan Engkau dengan bakti penuh cinta, untuk selama-lamanya.  Sungguh untuk selama-lamanya!  Nah kalau mereka tidak bahagia sampai kekal, mana mungkin memuliakan Allah untuk selama-lamanya!

Tidak seorang pun dapat mencapai kebahagiaan dengan kekuatan sendiri, meskipun ia memiliki iman, harapan, dan cinta kasih.  Tetapi inilah orang yang sungguh mencapai kebahagiaan: “Berbahagialah orang yang karena pertolongan Allah berhasil menaiki tangga kebahagiaan, yang ia pasang di dalam hatinya.  Ini berarti: orang yang dapat dikatakan mencapai kebahagiaan hanyalah orang yang telah berniat naik menuju kebahagiaan lewat tangga keutamaan dan perbuatan baik, dan kemudian menerima bantuan dari rahmat Allah.  Tidak ada orang yang naik sebegitu tinggi dengan kekuatannya sendiri?  Tuhan pun mengatakan, “Tidak ada orang naik ke surga” yang dimaksud “dengan kekuatannya sendiri” – kecuali Putra Manusia, yang ada di surga.”

Tuhan bersabda, “Berbahagialah orang yang menimba kekuatannya daripada-Ku!”  Di sini orang dapat bertanya, “Apakah bantuan Tuhan akan datang?”  Kujawab tegas, “Bantuan Allah tersedia bagi mereka yang terberkati.  Sebab pemberi hukum yaitu Kristus sendiri, memberi dan terus akan memberi berkat-Nya, rahmat yang tak terbilang jumlahnya!  Inilah bukti berkat-Nya bagi kita!  Ini berarti, Ia akan mengangkat mereka kepada kebahagiaan.  Berkat semua kasih karunia itu, mereka akan meningkat dalam keutamaan, tahap demi tahap.

Di masa mendatang, di Sion surgawi.  Kristus sendiri, Allah segala dewa, akan kelihatan.  Di sana Dia yang, karena sendiri Allah, akan membuat hamba-hamba-Nya seperti Allah.  Dengan kata lain: Allah segala dewa, Allah Tritunggal, akan nampak secara rohani di antara mereka yang diam di Sion.  Dengan terang budi yang murni, mereka akan melihat Allah, yang tak dapat dilihat, nampak hadir di dalam mereka; sebab Allah menjadi segala dalam segala.

 


* Bruno d’Artenfaust lahir di Koln tahun 1030.  Dia mengenyam pendidikan di seminari Reims.  Di kemudian hari ia juga menjadi guru terkenal di situ.  Dia juga menjadi imam yang bertugas khusus untuk memimpin ibadat harian di Katedral.  Ketika ditawari untuk menjadi uskup, Bruno tidak senang dengan adanya intrik-intrik yang ada, lalu menarik diri ke Chartreuse di antara gunung-gunung Grenoble.  Di sana ia membaktikan hidupnya dalam keheningan dan doa.  Bersama beberapa sahabatnya, Bruno mendirikan Ordo Kartusian.  Mereka hidup sebagai eremit (bertapa sendiri) yang diwujudkan dalam kerangka senobit (hidup dalam komunitas).  Paus Urbanus II yang pernah menjadi muridnya, memanggilnya ke Roma untuk menjadi penasehat di saat Gereja mengalami peristiwa-peristiwa sulit pada tahun 1091.  Tidak lama kemudian Bruno kembali dalam keheningan di hutan Calabria dan mendirikan pertapaan di La Torre.  Di pertapaan inilah ia wafat pada tahun 1101.