Kelaparan cinta

Pernahkah kita mengalami kelaparan hingga seluruh tubuh gemetar, kadang hingga tidak sanggup berdiri, seperti mau pingsan rasanya?  Apa yang segera kita lakukan saat itu? Dengan tenaga tersisa, pasti, kita akan langsung berlari cari makanan.  Tapi bagaimana kalau mengalami kelaparan cinta? Apa kita dapat mengenali signal yang diberikan jiwa kita dan menyadarinya?

Kelaparan cinta menandakan kebutuhan makanan rohani yang sedang diperlukan oleh jiwa kita, jiwa yang miskin cinta.  Gejala kelaparan jenis ini  dapat dikenali dengan respon bawah sadar semua bentuk usaha mencari pengakuan atas eksistensi kita: cari perhatian, cari sukses, memenuhi hawa nafsu secara membabi buta atau membangun image seperti yang sedang mewabah saat ini melalui medsos.  Akar kelaparan jiwa kita sebenarnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan akan cinta yaitu Allah sendiri, karena sesungguhnya kita diciptakan untuk Allah, untuk mencintai dan dicintai karena kita diciptakan sebagai keserupaan gambar Allah.

Allah berinkarnasi dalam diri Yesus menjadi Roti Hidup untuk memuaskan kelaparan cinta kita akan Allah.  Yesus bersabda,”Akulah Roti Hidup yang turun dari surga “(Yoh 6:6:33), barangsiapa makan daging-Ku..ia mempunyai hidup kekal.” (Yoh 6:54).   Cinta Allah begitu konkrit dalam diri Yesus yang rela  menjadi manusia dan menjadi santapan-roti kecil dan rapuh bagi kita dalam Ekaristi.  Dalam Injil hari ini Allah mengundang kita untuk datang pada perjamuan nikah-Kerajaan Allah dengan syarat berpakaian pantas.  Perjamuan Ekaristi adalah perjamuan di dunia ini yang menyiapkan kita berpakaian pantas untuk dapat masuk dalam perjamuan nikah kelak di surga dengan menerima Tubuh dan Darah-Nya.  Tapi apa kita mau memenuhi undangan-Nya yang rela menjadi santapan  untuk memuaskan kelaparan cinta kita? Atau kita hanya sambil lalu saja memenuhi undangan-Nya datang ke Ekaristi  hanya kalau sempat, ikut Misa online saja?  Apa kita mau sembuh dari kelaparan cinta kita akan Allah? Apa tanggapan kita?

 

Ya Tuhan, sesungguhnya Engkau tidak pantas datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.