St. Gregorius Agung menulis: “Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, ‘di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak’ (Mat. 12:32). Dari ungkapan ini, nyatalah bahwa, beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, yang lain di dunia lain.” Dunia lain inilah yang dimaksudkan oleh Gereja sebagai api penyucian.
Meskipun harus berada untuk sementara waktu di api penyucian, semua jiwa-jiwa yang suci – yaitu jiwa-jiwa yang diterangi cahaya kebenaran dan dibimbing oleh cinta kasih, berada dalam komunio.
Di bumi, tanpa mengetahuinya, mereka terikat satu sama lain, mereka adalah anggota masyarakat yang pusatnya adalah Allah, kehidupan, keindahan dan kebahagiaan. Di api penyucian pun, mereka menopang satu sama lain melalui doa-doa, perbuatan-perbuatan baik; mereka menderita demi yang lain, bagaikan batu-batu dalam bangunan Gereja, tersembunyi satu dari yang lain, namun saling menopang mulai dari dasar bangunan sampai ke atapnya. Sekali mereka mencapai tujuannya, yang adalah Allah, mereka memandang diri dan segala sesuatu lainnya dalam Allah; seperti kita, di bumi di bawah ini, meskipun tidak sempurna, kita melihat bumi dalam cahaya matahari.
Di api penyucian, yang keluasannya tiada batas dan tidak samar-samar, jiwa-jiwa yang suci bertemu dan menikmati satu sama lain melalui pelukan yang jauh lebih dekat daripada yang dapat mereka alami selagi mereka masih berada dalam peziarahan di bumi ini. Jika dibandingkan, perjumpaan-perjumpaan kami di bumi ini, hanyalah langkah-langkah yang sia-sia dan tanpa buah. Mereka yang dicintai selagi di bumi akan heran karena ketika menemukan di sana betapa kecil cinta mereka itu. Dan mereka akan mengalami cinta sejati yang setara dengan ketidaktahuan mereka sebelumnya.
Namun, di api penyucian, ketika jiwa dijauhkan dari Allah, satu hal saja yang mereka miliki, yaitu harapan akan komunio abadi dan tanpa batas. Mungkin, sejenak mereka dapat melihat jiwa-jiwa yang paling dekat dengan mereka, jika memang ada yang lebih dekat dari yang lain; atau mungkin mereka harus meratap sebentar dalam keterasingannya, sampai silih mereka digenapi dan mereka disambut Sang Cahaya untuk masuk secara penuh kedalam cahaya kebahagiaan yang begitu mereka rindukan.
St. Yohanes Krisostomus mengatakan: “Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja, telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Janganlah kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka”.
Dengan cahaya kasih-Mu, anugerahkanlah, ya Bapa, pemurnian sempurna bagi jiwa-jiwa yang masih berada di api penyucian dan sambutlah mereka dalam kebahagiaan abadi bersama-Mu. Amin.