Gedono
13 November 2023

Pesta Semua Orang Kudus yang berlindung di bawah Peraturan St. Benediktus


Rahib-rubiah adalah manusia yang gembira dan yang sengsara, sebab merupakan manusia yang berkeinginan
Pembacaan dari Karya Thomas Merton

 

Panggilan monastik adalah merupakan suatu kharisma spiritual, suatu panggilan kepada suatu hidup yang dikuduskan bagi Allah, hidup penuh percobaan, penuh perjuangan sendiri, hidup dalam ketaatan pada Roh Kudus, dalam suatu pertempuran eskatologis, antara terang dan kegelapan.

Seorang rahib/rubiah dipermandikan dan dimeteraikan dengan Roh Perjanjian, mengikuti jejak para bapa bangsa dan para nabi, dan juga jejak Yesus sendiri pada waktu berada di padang gurun, dengan menjauhkan diri dari komunitas manusia, mengingkari kepentingan dan ambisi pribadi, bukan untuk dikuatkan secara spiritual, tetapi untuk mengabdi Tuhan, dengan ketaatan pada percobaan dan pemurnian, sehingga batinnya dapat disempurnakan dalam kebenaran.

Seorang rahib/rubiah, dengan matiraga dan kekerasan hidupnya, dengan kesunyian dan keheningan, dengan pantang, tidak pernah lupa pada kenyataan bahwa tanah jiwanya adalah “gersang dan kosong.”  Dengan doa, iman dan kontemplasi,  ia melindungi jiwanya dari cahaya kebijaksanaan manusiawi yang mengelabuinya, untuk masuk, bersama-sama Kristus, ke padang gurun dan bertempur melawan kejahatan yang ada di dunia akibat dosa manusia.

Panggilan monastik, menurut sifatnya, adalah suatu panggilan untuk hidup dalam pengharapan.  Rahib/rubiah hidup terus dalam tradisi penantian dan pengharapan yang panjang para bapa bangsa dan para nabi: suatu penantian yang memperpanjang penantian kita, meskipun Sang Penebus sendiri telah datang ke dunia.

Rahib/rubiah adalah manusia yang sengsara, menderita, manusia yang tidak puas dan tidak senang dengan segala ilusi, sadar akan kemiskinan dirinya ia ingin menghindarinya, melarikan diri dari padanya, yang hanya padang gurunlah yang dapat mewahyukannya.  Tetapi rahib/rubiah juga adalah manusia gembira, manusia damai dengan kegersangan padang gurun, gembira dengan keterbatasan dirinya, mencintai kenyataan yang ditemuinya, jadi merasa aman dalam kerendahan hatinya.

Jadi rahib/rubiah sekaligus merupakan manusia gembira dan menderita karena manusia yang menginginkan atau berkeinginan.  Dan karena ia hidup dalam pengharapan yang tunggal, maka ia dapat menyelami rahasia yang telah dibukakan Kristus kepada orang-orang pilihan-Nya: bahwa pengharapan juga memberikan, dalam hidup ini, pemilikan, harta warisan yang pasti, suatu warisan yang tak ternilai harganya, yakni martabat kita sebagai putera-puteri Allah.  Manakah harta warisan ini dan dimanakah letak pemilikan kita?  Ini terletak di dalam hikmat kebijaksanaan yang telah diberikan Roh Kudus kepada semua orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti-Nya: yakni di dalam kebijaksanaan salib.