17 November 2023

Peringatan St. Elisabet
dari Hungaria


Elisabet melihat Kristus dalam diri orang miskin dan mencintainya
Pembacaan dari surat Kunrad dari Marburg, bapa rohani St. Elisabet

 

Sejak suaminya meninggal, kesucian Elisabet berkembang penuh.  Seumur hidup ia selalu menolong orang miskin: sekarang ia menjadi pembantu orang menderita.  Di luar istananya ia membangun rumah penampungan dan di dalamnya ia mengumpulkan orang-orang sakit, menderita, dan orang-orang lumpuh.  Apalagi setiap orang yang datang minta derma mendapat pemberian tak habis-habisnya dari cinta kasihnya.  Ia berbuat yang sama di masa suaminya berkuasa, melimpahkan semua harta yang dimilkinya ke semua bagaikan dalam wilayahnya, hingga pada akhirnya ia bahkan sampai menjual permata dan pakaiannya yang mewah.

Dua kali sehari ia mengunjungi orang sakit, pagi-pagi buta dan menjelang malam, dan yang menderita penyakit paling menjijikkkan dirawatnya sendiri.  Ia secara pribadi memberi mereka makan, mengatur dan membersihkan tempat pembaringan mereka; ia mengangkat mereka dengan tangannya sendiri dan memelihara mereka menurut kebutuhannya.  Suaminya almarhum memberikan persetujuan sepenuhnya kepada semua yang dilakukannya.  Ketika ia meninggal, Sang Puteri merasa bahwa sekarang harus mencoba kesempurnaan yang paling tinggi.  Ia datang dan minta dengan mencurahkan air mata, agar sekarang diperbolehkan mengemis dari pintu ke pintu.

Pada hari Jumat suci tahun itu, setelah altar-altar ditelanjangi, ia berlutut di hadapan altar kapel, yang diberikan olehnya kepada para Saudara Dina, dan meletakkan tangan di atasnya.  Lalu di hadapan mereka ia merelakan kehendaknya sendiri, harta miliknya di dunia dan semua yang menurut nasihat Penyelamat di dalam Injil harus kita tinggalkan.

Setelah ia mengucapkan kaul-kaul ini, ia merasa, bahwa ia masih dapat terlibat dalam kesibukan urusan pemerintahan dan terbawa dalam kesemarakan duniawi, di mana ia harus hidup selama suaminya masih ada.  Maka, bertentangan dengan keinginanku, ia mengikuti aku ke Marburg.  Di sana ia membangun rumah penampungan di kota dan mengumpulkan oraang-orang sakit serta cacat, dan mengundang yang paling hina dan paling sengsara untuk makan bersama.

Tetapi ini semua hanya perbuatan yang nampak di luar.  Aku berkata ini kepada Tuhan: Kukira aku belum pernah melihat wanita lebih tinggi meningkat dalam kontemplasi di hadapan Tuhan.  Kalau ia sampai pada doa pribadi, beberapa rahib dan suster banyak kali melihat dia dengan wajah bersinar dan seakan-akan matahari sendiri bercahaya dari matanya.

Aku mendengar pengakuannya sebelum meninggal.  Aku bertanya, apa yang harus diperbuat dengan harta milik dan pakaian-pakaiannya?  Ia menjawab, bahwa apa yang masih ada padanya itu mlik orang miskin, dan ia menugaskan aku untuk membagikan semua itu kepada mereka, kecuali sehelai pakaian yang telah usang, yang dipilih bagi pemakamannya.  Lalu ia menerima tubuh Tuhan.

Kemudian, sampai Ibadat Sore, ia banyak berbicara tentang perkara-perkara suci yang pernah didengarnya dari khotbah-khotbah.  Sesudah itu penuh cinta ia mendoakan orang-orang di sekitarnya, dan lalu, seperti tertidur, ia meninggal.