18 November 2023

PEKAN BIASA  XXXII – SABTU


Marilah kita tekun dalam praktek kekudusan, agar akhirnya kita diselamatkan
 Pembacaan dari homili Pengarang gerejawi abad kedua

 

Kita sebagai orang Kristen harus bersyukur kepada Allah, bahwa kita ini hamba-hamba-Nya dan bukannya orang tak bertuhan yang di bawah hukuman maut.  Aku sendiri, aku hanya seorang pendosa hina, masih tetap terkena godaan, masih dihadang oleh jerat pasangan setan.  Namun dengan sekuat tenaga aku berusaha maju, mengejar kesucian, dan berharap agar sekurang-kurangnya aku dapat mmencapai beberapa kebajikan, sebab aku takut akan pengadilan mendatang.

Maka, saudara-saudaraku, kalian telah mendengar sabda Allah, yang adalah pokok kebenaran.  Sekarang aku menghimbau kalian secara pribadi untuk memperhatikan setiap kali sabda kebenaran Tuhan dibacakan kepadamu, hingga kalian yang mendengar dan aku yang mewartakannya, diselamatkan.  Satu-satunya balasan yang kuminta ialah agar kamu bertobat dengan sepenuh hati, dan bersedia mengikuti jalan keselamatan.  Hanya dengan cara ini kita mampu memberi teladan kepada kaum muda, yang  siap untuk hidup baik dan menghayati iman dengan sungguh-sungguh.  Dan kita jangan begitu bodoh, janganlah menjadi kesal dan marah, bila seseorang berpaling kepada kita dan mencoba mengembalikan kita dari jalan yang jahat.  Kadang-kadang akal budi kita dibutakan oleh nafsu dan kita tidak mau mendengarkan nasihat, karena hidup kita jahat atau karena kelemahan iman dan kita diombang-ambingkan oleh keraguan.

Hendaklah kita bertekun menjalankan kesucian, agar kita akhirnya mencapai keselamatan.  Berbahagialah mereka yang mentaati ajaran ini, sebab meskipun mengalami masa pencobaan sebentar di dunia ini, namun mereka akan mengumpulkan panenan hidup abadi di dunia mendatang.  Maka hendaknya orang saleh jangan kecewa karena penderitaan di masa sekarang.  Hidup bahagia menunggu mereka dan sesudah kebangkitan mereka akan hidup bersukacita selama-lamanya dengan leluhur mereka.

Dan janganlah kamu kesal melihat kemakmuran orang fasik dan kesulitan yang dialami oleh para hamba Tuhan.  Kita harus mengakui dengan iman, bahwa Allah yang hidup hadir di dalam pencobaan kita dan bahwa penderitaan dalam hidup sekarang ini akan dimahkotai dengan kebahagiaan di masa mendatang.  Umat beriman tidak cepat mengumpulkan panenan; mereka harus menunggu tumbuh masaknya perlahan-lahan, sebab seandainya Tuhan memberikan kurnia dengan cepat, agama menjadi suatu karier, bukan ibadat kepada Tuhan.  Intinya menjadi mencari keuntungan pribadi, bukan ibadat bakti.  Maka demi dirinya sendiri, pengadilan Ilahi  selalu mengacaukan jiwa yang tidak benar dan mengikatnya dalam belenggu.

Kepada Tuhan yang tak kelihatan, Bapa kebenaran yang mengutus kepada kita Juru Selamat, dan pendiri kebakaan kita, yang menjanjikan hidup tak berkesudahan, yang mewahyukan kepada kita kebenaran tentang hidup surgawi yang abadi,  kepada-Nya kemuliaan untuk selama-lamanya.  Amin.