19 November 2023

MINGGU BIASA XXXIII


Janganlah kita menolak kedatangan-Nya yang pertama,
agar kita tidak perlu takut akan kedatangan-Nya yang kedua
Pembacaan dari ulasan St.  Agustinus tentang Mazmur 95

 

“Bergembiralah segala pohon di hutan, di hadapan Tuhan, sebab Ia datang, Ia datang menghakimi dunia dengan adil.”   Ia pertama kali datang, kemudian Ia akan datang kembali.  Pada kesempatan pertama kata-kata ini menggema di dalam Injil, “Dan kemudian kamu akan melihat Putra manusia datang di dalam awan.”  Apa arti “kemudian” di sini?  Bukankah Tuhan akan datang di hari kemudian, kalau semua bangsa di bumi memukul-mukul dada mereka?  Pertama-tama Ia datang dalam pribadi para pewarta-Nya dan Ia memenuhi seluruh bumi.  Janganlah kita menghalangi kedatangan-Nya yang pertama, maka kemudian kita tidak perlu takut akan kedatangan-Nya yang kedua.

Jadi, orang Kristen harus berbuat apa?  Ia harus menggunakan dunia, dan tidak menjadi budaknya.  Apa artinya itu?  Bahwa mereka yang memiliki dunia harus berbuat seakan-akan tidak memilikinya.  Dalam kata-kata Paulus, “Saudara-saudara, waktu yang ditentukan tinggal sedikit saja: mulai sekarang, hendaknya mereka yang beristri hidup seakan-akan tak beristri; dan mereka yang bersedih, seakan-akan tidak bersedih; dan mereka yang membeli, seakan-akan tidak memiliki barang-barang, dan mereka yang berhubungan dengan dunia, seakan-akan tidak berurusan dengannya.  Sebab gambaran dunia akan berlalu.  Saya ingin kamu bebas dari kecemasan.”

Orang yang bebas dari kecemasan, menunggu kedatangan Tuhan tanpa takut.  Cinta Kristus macam apakah yang takut akan kedatangan-Nya?  Saudara-saudara, tidakkah kita malu, jika kita mencintai-Nya, tetapi takut akan kedatangan-Nya?  Apakah kita sungguh cinta pada-Nya?  Atau lebih mencintai dosa-dosa kita?  Kita seharusnya membenci dosa-dosa kita dan mencintai Dia yang akan datang untuk menghukum dosa-dosa kita.  Ia akan datang, entah kita senang atau tidak.  Bahwa Ia belum datang sekarang ini bukan alasan untuk berpikir, bahwa Ia tidak akan datang.  Ia akan datang, tetapi kapan, kamu tidak tahu.  Kalau Ia menemukan kamu siap, kamu tidak akan rugi apa-apa karena ketidaktahuanmu itu.

“Dan bergembiralah segala pohon di hutan.”   Ia datang pertama kali, dan kemudian Ia akan datang lagi untuk mengadili dunia.  Mereka yang percaya akan kedatangan-Nya yang pertama akan ditemukan bernyanyi gembira, karena Ia datang.

“Ia akan mengadili dunia dengan keadilan dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.”  Apa arti “keadilan” dan “kebenaran?”  Ia akan mengumpulkan bersama diri-Nya para pilihan-Nya untuk pengadilan, tetapi lainnya akan dipisahkan.  Ada yang akan Ia tempatkan di sisi kanan, ada yang di sisi kiri.  Apa yang lebih layak, apa yang lebih adil daripada ini: bahwa mereka yang tidak mau menunjukkan belas kasih sebelum hakim datang, juga tidak perlu mengharapkan belas kasih dari tangan-Nya? Tetapi barangsiapa menunjukkan belas kasihan, akan diadili dengan belas kasihan pula.

Mereka yang ditempatkan di sisi kanan, akan mendengar kata-kata, “Marilah, kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan sebagai warisan, yang telah disiapkan bagimu sejak dunia terjadi.”  Ia mengganjar mereka karena perbuatan belas kasih, dalam kata-kata “Aku lapar, dan kamu memberi Aku makan, Aku haus dan kamu memberi Aku minum”,  dan selanjutnya.

Dan lagi, kesalahan apa dibebankan kepada mereka yang ada di sisi kiri?  Mereka dipersalahkan, karena tidak mau menunjukkan belas kasihan.  Apa yang akan menjadi nasib mereka selain pergi ke api kekal?  Keputusan yang mengerikan itu akan mengakibatkan ratap tangis; tetapi apa yang kamu baca dalam mazmur lainnya?  “Orang benar akan dikenang selama-lamanya, ia tidak perlu takut akan berita buruk.” “Berita buruk”  di sini berbunyi, “Enyahlah dari pada-Ku ke dalam api kekal, yang telah disiapkan bagi setan dan para malaikatnya.”

Orang yang gembira akan berita baik, tidak usah takut akan berita buruk: Inilah keadilan dan kebenaran.  Karena kamu tidak adil, bukankah hakim harus bertindak dengan adil?  Karena kamu pendusta, bukankah Kebenaran harus berbicara benar?  Jika kamu ingin agar hakim berbelas kasih, hendaklah kamu sendiri berbelas kasih, sebelum hakim datang.  Ampunilah orang yang bersalah kepadamu.  Dari kekayaan siapa, kamu memberi itu, kalau bukan dari milik-Nya?  Jika kamu memberi dari kekayaanmu sendiri, itu kemurahan namanya, tetapi bila kamu memberi dari milik-Nya, itu hanya mengembalikan.  Sebab apa yang kamu miliki, yang tidak kamu terima?

Korban yang paling berkenan kepada Tuhan itu belas kasih, rendah hati, pengakuan, damai, cinta.  Kalau semua ini persembahkan kepada Tuhan, kita tanpa takut akan menunggu kedatangan hakim, yang akan mengadili dunia dengan keadilan dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.