29 November 2023

PEKAN BIASA XXXIV – RABU


Celakalah jiwa yang tidak didiami oleh Kristus
 Pembacaan dari homili yang berasal dari St. Makarius

 

Seperti dahulu kala, ketika Allah murka atas orang Yahudi, Ia menyerahkan Yerusalem untuk dijadikan bahan ejekan musuh-musuhnya, dan dikuasai oleh yang membenci mereka, hingga tidak ada lagi hari-hari raya dan korban-korban, begitu juga karena murka atas jiwa-jiwa yang melanggar perintah-Nya, Tuhan menyerahkan jiwa-jiwa itu kepada musuh-musuh, yang menyesatkan dan merusakkannya sama sekali.  Seperti rumah yang tidak dihuni oleh tuannya, menjadi gelap, terlantar dan terhina, penuh dengan sampah dan kotoran, begitu juga jiwa, yang Tuhannya tidak lagi tinggal di situ untuk berpesta bersama para malaikat-Nya, akan menjadi gelap, karena penuh dengan dosa, kehinaan nafsu dan segala hal yang memalukan.

Celakalah jalan yang tidak dilewati oleh siapa pun, dan tidak terdengar suara manusia di situ, sehingga menjadi tempat persembunyian binatang buas!  Celakalah jiwa, kalau Tuhan tidak berkeliling di dalamnya, dan dengan suara-Nya mengusir hewan-hewan spiritual dosa!  Celakalah rumah, yang tidak dihuni oleh tuannya!  Celakalah tanah, kalau tidak ada petani yang menggarapnya!  Celaka bagi perahu, yang ditinggalkan oleh juru mudinya: tentu ia diombang-ambingkan oleh angin dan gelombang lautan, lalu tenggelam dan hancur.  Celaka bagi jiwa, jika tidak dihuni oleh jurumudi sejati yaitu Kristus: ia hidup dalam kegelapan laut yang mengerikan dan diombang-ambingkan oleh gelombang-gelombang hawa nafsu.  Ia dipukul oleh roh-roh jahat bagaikan oleh taufan di musim dingin dan akhirnya menemui kehancuran.

Celaka bagi jiwa yang tanpa Kristus untuk merawatnya dengan penuh perhatian agar menghasilkan buah-buah Roh; karena ditinggalkan, ia tercekik oleh semak berduri, dan daripada menghasilkan buah, ia menimbun sampah yang hanya pantas untuk dibakar.  Celaka bagi jiwa, yang tidak didiami oleh Kristus sebagai Tuhan di dalamnya; karena ditinggalkan dan penuh dengan kebusukan nafsu, ia akan menjadi sarang kejahatan.

Kalau seorang petani bersiap-siap untuk mengerjakan ladangnya, ia harus membawa alat-alat dan baju kerja yang cocok untuk bekerja di ladang.  Begitu pula, Kristus, Sang Raja surgawi dan petani yang sejati, ketika datang untuk mengerjakan tanah umat manusia, yang hancur luluh oleh dosa.  Dengan mengenakan tubuh manusia sebagai pakaian-Nya dan memanggul salib sebagai alat kerja-Nya, Ia mengolah jiwa yang terlantar: dibersihkan-Nya jiwa itu dari semak-semak duri yang adalah roh-roh jahat, dicabut-Nya segala rumput liar yang adalah dosa-dosanya, dilemparkan-Nya ke dalam api seluruh panenan kejahatan.  Dan setelah Ia selesai membajak tanah jiwa dengan kayu salib, Ia menanam di dalamnya suatu taman Roh yang paling indah; taman, yang menghasilkan bagi Tuhan Allahnya berbagai macam buah-buahan yang paling manis dan paling menyenangkan.