9 Desember 2023

PEKAN I ADVEN – SABTU


Kita mengharapkan yang tidak kita lihat
 Pembacaan dari ulasan St. Siprianus tentang hikmat kesabaran

 

Perintah Allah dan Tuhan kita yang menyelamatkan berkata, “Barangsiapa bertahan sampai akhir akan diselamatkan.”  Dan lagi “Bila kamu bertahan dalam sabda-Ku, kamu akan menjadi murid-Ku sejati, dan kamu akan mengerti kebenaran, dan kebenaran akan membebaskan kamu.”  Harapan akan kebenaran dan kebebasan sudah ada pada kita, Saudara terkasih, tetapi apabila kita ingin mencapai kebenaran dan kebebasan dalam kenyataannya, kita harus bersabar dan bertahan.  Kenyataan, bahwa kita orang-orang kristiani adalah dasar iman dan harapan kita.  Tetapi agar iman dan harapan itu menghasilkan buah sepenuhnya, diperlukan kesabaran.

Kita ini mengejar kemuliaan yang akan datang, bukan yang sekarang, sesuai dengan ajaran Rasul Paulus, “Dalam harapan kita diselamatkan.  Tetapi harapan yang kelihatan itu bukan harapan lagi, sebab siapa mengharapkan sesuatu yang sudah dilihat.  Tetapi kalau kita menghadapkan hal yang tidak kita lihat, kita bertahan dalam menunggu harapan.”  Menunggu dan bersabar itu perlu, apabila kita ingin memenuhi apa yang sudah kita mulai, dan menerima, dengan pertolongan Tuhan yang tak akan mengecewakan, apa yang kita harapkan selain iman.

Akhirnya di tempat lain Rasul yang sama mengajar dan menganjurkan kepada orang saleh, yang berusaha dan mengumpulkan harta di surga bagi dirinya dengan menambah bunga pada apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya, agar mereka sabar juga, “Maka, selama masih ada waktu, hendaklah kita mengerjakan yang baik kepada semua orang, tetapi khususnya kepada saudara seiman.  Dan janganlah kita menjadi jemu berbuat baik; sebab pada waktunya kita akan menuai.”

Ia mendesak, agar jangan ada orang meninggalkan pekerjaannya karena tidak sabar, agar jangan ada orang terhenti di tengah jalan menuju kehormatan dan kemuliaan, karena dibelokkan atau dikuasai oleh godaan, hingga hilanglah apa yang telah dicapai dan yang sudah dimulai tidak menjadi selesai.

Rasul akhirnya, kalau berbicara tentang cinta, menambahkan ketahanan dan kesabaran, “Cinta itu,” katanya, “sabar berkepanjangan, cinta itu murah hati, cinta itu tidak iri menyaingi, tidak memegahkan diri; tidak memikirkan yang jahat, mencintai semua, mempercayai semua, mengharapkan semua, menahan semua.”  Ia menunjukkan bahwa orang dapat bertahan dengan gigihnya, karena tahu bagaimana menanggung semuanya.

Dan di lain tempat ia berkata, “Hendaklah bersikap sabar yang satu terhadap yang lain, bertahan dalam cinta, terus berusaha untuk membina kesatuan iman dalam ikatan damai.”  Ia membuktikan, bahwa kesatuan damai tidak dapat dipertahankan, jika para saudara tidak bersikap sabar yang satu terhadap yang lain, dan mempertahankan ikatan kerukunan dengan kesabaran.