24 Desember 2023

Novena Natal – Hari ke-8


Kenyataan tumbuh dari bumi dan kebenaran menilik dari surga
Pembacaan dari khotbah St. Agustinus

 

Bangkitlah, hai manusia, bagimu Tuhan telah menjadi manusia.  Bangunlah, hai orang tidur, dan bangkitlah dari mati, dan Kristus akan memberikan terang kepadamu.  Sebab bagimulah, kataku, Tuhan telah menjadi mansuia, kematian kekal menanti kamu, seandainya Ia tidak dilahirkan di dalam waktu.  Tidak pernah kamu akan dibebaskan dari dagingmu yang berdosa, seandainya Ia sendiri tidak mengenakan kesamaan daging yang berdosa.  Selama-lamanya kamu sengsara, seandainya Ia tidak melakukan tindakan belas kasih itu.  Kamu tidak akan hidup kembali, seandainya Ia tidak datang menolong.  Kamu akan binasa, seandainya Ia tidak datang.

Marilah kita merayakan kedatangan keselamatan kita dengan gembira.  Marilah kita merayakan hari tersuci, di mana hari besar dan abadi datang ke sini, dalam hari kita yang begitu singkat di dalam waktu.  Ia menjadi kebenaran kita, kesucian kita dan penebusan kita.  Dan demikian, seperti dikatakan Kitab Suci, “Yang berbangga, hendaklah berbangga dalam Tuhan.”

Jadi kenyataan tumbuh dari bumi: Kristus yang berkata, “Aku ini kenyataan,” lahir dari perawan.  Dan kebenaran menilik dari surga: Manusia, percaya akan Dia yang telah lahir, tidak dibenarkan karena dirinya sendiri,melainkan karena Tuhan.  Kenyataan tumbuh dari bumi, sebab Sabda telah menjadi daging.  Dan kebenaran menilik dari surga, sebab setiap kurnia yang baik, dan setiap pemberian yang sempurna datang dari atas.  Kenyataan tumbuh dari bumi – Manusia lahir dari Maria.  Dan kebenaran menilik dari surga, sebab manusia tidak dapat memperoleh suatu apapun, kecuali kalau diberikan dari surga kepadanya.

Setelah dibenarkan oleh iman, marilah kita berdamai dengan Tuhan, karena kebenaran dan kedamaian sudah saling berpelukan, dengan perantaraan Tuhan kita Yesus Kristus, sebab kenyataan tumbuh dari bumi.  Dengan perantaraan-Nya kita sampai pada rahmat, di mana kita berdiri, dan kita berbangga dalam harapan dapat ikut serta dalam kemuliaan Tuhan.  Santo Paulus tidak berkata, “Kemuliaan kita” tetapi “Kemuliaan Tuhan”; sebab kebenaran tidak berasal dari kita, tetapi menilik dari surga.  Maka hendaklah dia yang berbangga, tidak berbangga dalam dirinya, tetapi di dalam Tuhan.  Sebab itu, sewaktu Tuhan lahir dari Perawan, para malaikat mewartakan, “Kemuliaan kepada Allah di surga, dan damai di bumi kepada orang yang berkenan kepada-Nya.”  Dari mana datang damai di bumi, selain dari kenyataan, yang tumbuh dari bumi, yaitu Kristus lahir sebagai manusia?  Dan Dialah damai kita, yang membuat keduanya menjadi satu, agar kita menjadi manusia yang berkehendak baik, diikat bersama dalam ikatan persatuan yang mesra.

Maka marilah kita bergembira dalam rahmat ini, bahwa kemuliaan kita adalah kesaksian hati nurani, dan kita boleh berbangga, tidak dalam diri kita, melainkan dalam Tuhan.  Memang karena hal ini maka dikatakan, “Kemuliaanku, yang menegakkan kepalaku.”  Sebab rahmat manakah yang lebih besar yang dapat turun ke atas kita dari Allah, selain bahwa Dia, yang hanya mempunyai Putra Tunggal menjadikan Dia putra manusia, dan sebaliknya membuat anak manusia menjadi Putra Allah.  Tanyakanlah kepada dirimu sendiri, apa di sini ada jasa, ada alasan, ada wewenang dari pihakmu, dan lihatlah, apakah ada yang lain yang kamu temukan selain rahmat?