Natal di Pertapaan

“KETIKA SEGALANYA DILIPUTI KESUNYIAN
DAN MALAM MENCAPAI PUNCAK PEREDARANNYA,
TURUNLAH SABDAMU YANG MAHAKUASA DARI SURGA,
DARI SINGGASANA KERAJAAN, ALLELUYA.”

 “HARI INI KRISTUS LAHIR.
HARI INI PENYELAMAT DUNIA MENAMPAKKAN DIRI.
HARI INI PARA MALAIKAT BERNYANYI DI BUMI.
HARI INI PARA KUDUS BERSORAK-SORAI DAN BERSERU:
KEMULIAAN KEPADA ALLAH DI SURGA.”

Liturgi hari Natal selalu mengagumkan dan menggentarkan.  Bacaan-bacaan, doa-doa,  dan nyanyian yang dipilih oleh Ibu Gereja telah diatur sedemikian rupa agar umat yang merayakan misteri iman, dapat dibawa masuk secara lebih mendalam pada sakramen yang dirayakan.  Kami bersyukur dapat merayakan Ekaristi pada hari Natal secara lengkap yaitu Misa Malam Natal, Misa Fajar, dan Misa Siang.  Romo Bismoko, Pr dan Romo Arya, SJ memimpin Ekaristi bagi kami pada hari-hari yang penuh rahmat itu.

Dalam homilinya pada Malam Natal, Romo Bismoko mengatakan: Hari kita merayakan misteri kelahiran Tuhan Yesus.  Dalam keheningan malam, Yesus lahir.  Bayi Yesus butuh disusui, diberi sentuhan fisik, dekapan, dan kehangatan dari seorang ibu.  Seperti inilah gambaran misteri inkarnasi:  Allah yang hadir sebagai manusia,  mendekati manusia, menyapa manusia secara langsung, Allah “menyusui” manusia.  Allah datang untuk  “menyusui” kerinduan manusia yang  terdalam.  Apakah sebenarnya kerinduan manusia?  Manusia merindukan kebahagiaan, kedamaian, dan hidup kekal.  Dan hanya Allah yang menjadi manusia, Yesus Putra Bapalah yang dapat memenuhinya.

Bagi umat Kristiani, salah satu tanda kedewasaan iman adalah kemampuan untuk bersyukur. Ada banyak alasan mengapa kita perlu bersukur atas anugerah kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Madah Ibadat Sore yang kami nyanyikan sepanjang masa Natal, seperti merangkum semua alasan mengapa kita perlu bersyukur:

KAMI MERENUNGKAN KEMULIAANMU

TUHAN KAU DATANG,
DAN SELURUH CIPTAAN BERNYANYI KEMBALI,
DIBEBASKAN DARI KEMATIAN SIA-SIA.

TUHAN KAU DATANG,
DAN PARA NABI BERSORAK GEMBIRA,
KAU PENUHI NUBUAT YANG DIWAHYUKAN MEREKA.

TUHAN KAU DATANG,
DAN SETIAP ORANG KINI MENGENAL,
HARKAT DAN MARTABAT HIDUPNYA.

TUHAN KAU DATANG,
DAN KINI SELURUH UMAT MANUSIA,
DAPAT MENGAMBIL BAGIAN DALAM HIDUPMU.

TUHAN KAU DATANG,
DAN KAU NYATAKAN PADA KAMI,
RAHASIA ALLAH BAPA.

Sebagai ungkapan syukur atas anugerah kelahiran Yesus Kristus ke dunia, apakah yang dapat kita lakukan sebagai warga Gereja dan Negara?  Kita ingin Natal sungguh kontekstual.  Bapak Kardinal Ignatius Suharyo dalam homili Natal di Katedral Jakarta mengulas tema Natal tahun ini: “Kemuliaan bagi Allah dan damai sejahtera di bumi”.  Siapakah yang memancarkan kemuliaan Allah?  Jawabannya adalah Yesus.  Bagaimana kemuliaan Allah diwujudkan?  Yesus menampakkan kemuliaan Allah dengan melakukan perbuatan baik, bela rasa, dan peduli terhadap sesama.  Kita adalah murid-murid Yesus yang semestinya tumbuh menjadi pribadi yang peduli dan rajin berbuat baik.  Kita dapat mengembangkan sikap peduli kepada sesama dengan kerelaan berbagi, tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan, memelihara lingkungan hidup, dan memberi suara dalam Pemilu dengan hati nurani yang cerdas.  Marilah kita terus menjadi Yesus-Yesus kecil yang tumbuh dalam keutamaan-keutamaan sebagai manusia untuk tekun mengikuti Tuhan Yesus dan memancarkan kemuliaan Bapa.

 

Selamat Natal
Tuhan memberkati kita semua!