9 Januari 2024

PEKAN BIASA I – SELASA


Kemampuan untuk mencinta ada di dalam diri kita
 Pembacaan dari Peraturan St. Basilius Agung bagi para rahib

 

Cinta kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan.  Sebab kita juga tidak pernah belajar dari orang lain untuk menikmati terang atau menginginkan hidup, ataupun untuk mencintai orang tua dan mereka yang telah membesarkan atau mendidik kita.  Begitu juga, atau malahan lebih dari itu, cinta kita kepada Allah; cinta Ilahi tidak datang dari luar, tidak diajarkan kepada kita oleh orang lain.

Ketika manusia itu diciptakan, suatu kekuatan akal budi atau Sabda ditanamkan sebagai benih dalam dirinya, yang mengandung kemampuan dan kebutuhan untuk mencinta.  Bila para murid di sekolah hukum Allah telah menerima Sabda ini, oleh rahmat Allah dimampukan untuk mengolahnya dengan  saksama, memeliharanya dengan terampil, dan mengembangkannya menuju kesempurnaan.  Maka dari itu, kami pun dengan kurnia Tuhan, menyambut baik semangat kalian, yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini.  Dan dengan bantuan doa-doa kalian, kami ingin berusaha menghidupkan lagi pijar cinta ilahi yang tersembunyi di dalam dirimu, sesuai dengan kuasa yang dianugerahkan oleh Roh kepada kami.

Tetapi biarlah aku mengatakan hal ini lebih dulu mengenai semua perintah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita.  Dari Dia kita sudah mendapat kekuatan untuk menaatinya.  Maka tidak pada tempatnya  kita merasa tertekan seakan-akan sesuatu yang di luar kemampuan dituntut dari kita; atau sebaliknya, kita merasa bangga, seakan-akan kita membayar lebih daripada yang diberikan kepada kita.

Dengan kekuatan ini, apabila kita  bekerja baik dan sesuai dengan kehendak Allah, kita secara saleh memenuhi hidup keutamaan; tetapi apabila kita curang dalam pelaksanaannya,kita jatuh dalam kejahatan.  Itulah arti kejahatan: penyalahgunaan barang-barang yang diberikan kepada kita untuk berbuat baik; tindakan yang melawan hukum Tuhan.  Sebaliknya, keutamaan yang dituntut oleh Allah dapat diartikan sebagai penggunaan barang-barang dengan hati nurani yang baik sesuai dengan perintah Tuhan.

Kalau ini nyata demikian, maka kita dapat mengatakan hal yang sama tentang cinta juga.  Setelah  kita menerima perintah untuk mencintai Tuhan, kita juga diberi kuasa untuk mencintai.  Kuasa itu tertanam dalam diri kita pada saat kita dijadikan.  Bukti untuk ini tidak ada di luar, tetapi ada dalam diri setiap orang.  Setiap orang dapat mempelajari hal ini dari dirinya sendiri, dan di dalam dirinya sendiri.  Sebab menurut kodrat kita menginginkan hal-hal yang indah, meskipun kita berbeda mengenai apa yang paling indah; dan tanpa diajari, kita menaruh rasa sayang kepada yang dekat dan yang mencintai kita, dan dengan spontan kita menyatakan itikad baik kepada semua orang yang berbuat baik  kepada kita.

Nah, sekarang, apakah yang lebih menakjubkan daripada keindahan ilahi?  Pemikiran manakah yang  lebih mempesona daripada keagungan Tuhan?  Dambaan jiwa yang bagaimanakah yang begitu mendesak dan kuat selain dambaan yang ditanamkan oleh Allah di dalam jiwa yang telah benar-benar dimurnikan dari semua kejahatan, dan yang berseru dengan penuh afeksi, ‘Aku terluka oleh cinta’?  Pancaran keindahan ilahi sungguh tak dapat digambarkan dengan kata-kata.