12 Januari 2024

PEKAN BIASA I – JUMAT


Sabda menciptakan keselarasan ilahi di dalam segala ciptaan
 Pembacaan dari Uraian St.  Athanasius melawan kaum tak beriman

 

“Pada mulanya adalah Sabda.  Sabda itu bersama-sama dengan Allah, dan Sabda itu Allah.  Segala sesuatu dijadikan oleh Dia, dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang terjadi.”  Dengan kata-kata ini Yohanes, sang teolog, mengajarkan bahwa tidak ada apa pun yang ada atau tetap ada, kecuali dalam dan oleh karena Sabda.

Sebagaimana seorang ahli musik menyetem kecapi, dengan terampil memperpadukan nada rendah dengan nada tinggi, nada sedang dengan nada-nada lainnya, sehingga menghasilkan suatu lagu, demikian pula Kebijaksanaan Allah memegang alam semesta di tangan-Nya: Ia mempersatukan benda-benda di langit dengan yang ada di bumi, menghubungkan keseluruhan dengan bagian-bagiannya, memperpadukan semua dengan perintah dan kehendak-Nya, dan dengan demikian Ia menghasilkan suatu semesta dalam keindahan dan keselarasan.

Kebijaksanaan tetap tidak berubah bersama Bapa, namun dari dalam diri-Nya Ia menggerakkan seluruh ciptaan oleh kodrat-Nya yang tak berubah itu, sesuai kehendak Bapa.  Segala sesuatu, sesuai dengan kodrat masing-masing, hidup dan ada oleh Dia; dan dengan perantaraan-Nya, terciptalah keselarasan yang mengagumkan, yang indah dan benar-benar ilahi.

Agar misteri yang dalam ini dapat dimengerti dengan menggunakan sebuah contoh, bayangkanlah apa yang kami katakan tadi pada sebuah paduan suara.  Paduan suara itu terdiri dari bermacam-macam orang: anak-anak, remaja, wanita dan pria dewasa.  Ada satu orang bertindak sebagai dirigen.  Dan kalau ia memimpin, maka setiap orang bernyanyi menurut sifat dan bagiannya masing-masing: yang pria bernyanyi sebagai pria, yang anak sebagai anak, yang wanita sebagai wanita, dan yang remaja sebagai remaja; tetapi mereka semua menyuarakan lagu yang satu.

Atau contoh lain adalah jiwa kita sendiri.  Jiwa kita menggerakkan indera-indera kita menurut fungsinya masing-masing, hingga semuanya bekerja bersama-sama bila menghadapi satu hal.  Mata melihat, telinga mendengar, tangan menyentuh, hidung mencium, indera perasa merasa; dan kerap kali jiwa juga menggerakkan anggota badan lainnya, misalnya kaki, sehingga ia berjalan.

Demikian juga halnya dengan dunia semesta ini.  Meskipun ini hanya perbandingan yang miskin, namun bisa memberi suatu gambaran tentang bagaimana seluruh alam semesta disusun dan diatur.  Sebab dengan satu gerak perintah saja dari Sabda Allah, segala sesuatu menemukan tempatnya dan setiap makhluk menjalankan fungsinya yang semestinya dan semua bersama-sama membentuk satu tatanan tunggal yang harmonis.