Gedono
12 Januari 2024

Peringatan St. Aelredus


Persatuan Kehendak
Pembacaan dari “Cermin Cinta Kasih” karangan St. Aelredus, Abas

 

Tidak ada orang rohani yang tidak mengetahui bahwa kasih Allah tidak dapat dinilai dengan perasaan cinta yang sementara, yang tidak tergantung dari kehendak baik kita, melainkan dari disposisi-disposisi yang bertahan dari kehendak kita.

Mencintai Tuhan berarti: menyatukan kehendak sendiri dengan kehendak Allah sedemikian rupa sehingga kehendak manusia menyetujui segala sesuatu yang dikehendaki Allah; dan tidak ada alasan lain untuk menghendaki sesuatu selain mengetahui bahwa Allah menghendakinya.  Kehendak tidak lain dari cinta.  Sehingga berbicara tentang kehendak baik atau buruk sama seperti kita berbicara tentang baik atau buruknya cinta.

Kehendak Allah itu semata-mata adalah kasih-Nya; adalah Roh Kudus-Nya yang mencurahkan cinta kasih ke dalam hati kita.  Pencurahan, pelimpahan cinta kasih ini adalah penyatuan antara kehendak manusia dengan kehendak Allah, atau sekurang-kurangnya, kehendak manusia yang tunduk, patuh pada kehendak Allah.  Persatuan kehendak ini terwujud pada waktu Roh Kudus –yang adalah kehendak dan kasih Allah, adalah Allah sendiri– masuk dan tercurah ke dalam kehendak manusia dan meninggikannya dari tingkatannya yang rendah kepada kenyataan yang lebih tinggi, serta mentransformasikan kehendak tersebut sepenuhnya.  Dengan menyatukan kehendak sendiri dengan kehendak Allah dalam kesatuan yang tak terpisahkan, manusia menjadi satu roh dengan Allah, seperti dikatakan Sang Rasul: “Barangsiapa mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.”

Tentu saja kehendak ini harus dinilai dari dua segi: pasif dan aktif.  Pasif, bila menerima dengan penuh kesabaran segala sesuatu yang dikirimkan Tuhan kepadanya; aktif, bila dengan penuh semangat melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan.

Tanpa perbuatan-perbuatan baik, janganlah seseorang mempercayai apa yang dikatakan oleh budinya tentang kasihnya akan Allah.  Karena inilah peneguhan dia yang tidak berdusta.  “Seseorang yang memelihara dan melaksanakan perintah-perintahku adalah seseorang yang memiliki kehendak yang sesuai dengan kehendak Allah, yang menerima dengan sabar segala sesuatu yang dikirimkan Allah kepadanya dan melaksanakannya.  Dengan yakin dan tanpa keraguan dapat dikatakan, bahwa orang tersebut mencintai Allah.