PEKAN BIASA I – SABTU
Karena iman, manusia dibenarkan Tuhan, sejak awal
Pembacaan dari Surat Paus Klemens I kepada umat di Korintus
Marilah kita perhatikan dengan cermat karunia Allah ini dan melihat jalan-jalan mana yang dapat membawa kita kepadanya. Bacalah halaman-halaman pertama dari sejarah keselamatan. Apakah yang menyebabkan bapa kita Abraham terberkati? Bukankah imannya yang mendorong dia untuk melakukan tindakan-tindakan kebenaran dan keadilan? Karena iman pula, Ishak, penuh percaya akan apa yang akan datang; dengan rela membaringkan dirinya di atas mezbah. Mengenai Yakub, karena iman juga, ia dengan tunduk dan patuh meninggalkan tanahnya sendiri demi kakaknya, dan pergi menghambakan diri kepada Laban; maka ia beroleh pahalanya, yaitu menjadi kepala kedua belas suku Israel.
Setiap orang yang dengan jujur merenungkan setiap peristiwa itu, akan mengakui betapa agungnya kurnia yang dianugerahkan oleh Allah. Sebab dari Yakublah berasal keturunan semua imam dan kaum Lewi, yang melayani altar Allah, sejak zaman itu. Dari dia juga, menurut daging, berasal Tuhan Yesus. Dari dialah lahir raja-raja, pangeran, dan penguasa, menurut garis keturunan Yehuda. Di samping itu masih banyak lain yang lahir daripadanya, yang tidak kecil kemasyhurannya, sebagaimana Allah menjanjikannya waktu Dia bersabda, ‘Keturunanmu akan menjadi seperti bintang-bintang di langit.’
Mereka semua dilimpahi kehormatan dan kemasyhuran, bukan demi kepentingan mereka, atau karena jasa-jasa mereka; bukan pula karena pekerjaan baik yang mereka lakukan, melainkan karena kehendak Allah. Begitu juga kita, yang oleh kehendak-Nya telah dipanggil dalam Kristus Yesus. Kita dibenarkan bukan karena diri kita sendiri, atau karena pekerjaan baik yang kita lakukan, bukan oleh kebijaksanaan, pengetahuan atau pun kesalehan kita; dan juga bukan karena perbuatan-perbuatan yang kita lakukan dalam ketulusan hati, tetapi oleh karena iman. Imanlah satu-satunya jalan Tuhan membenarkan semua orang sejak awal zaman. Kemuliaan kepada-Nya untuk selama-lamanya. Amin.
Sekarang , apa yang harus kita lakukan, Saudara-saudara? Apa kita harus lebih santai dalam usaha kita untuk berbuat baik, dan berhenti mempraktekkan cinta kasih Kristiani? Sekali-kali tidak! Janganlah kita sampai bersikap demikian! Sebaliknya, marilah kita bersungguh-sungguh, bahkan dengan semangat bernyala-nyala melakukan kegiatan apa pun yang baik. Bahkan Pencipta dan Tuhan alam semesta sendiri senang berkarya. Dalam kuasa-Nya yang unggul Ia menciptakan langit dan dengan kebijaksanaan-Nya yang tak terselami ia mengaturnya. Ia memisahkan bumi dari air di sekelilingnya, dan menetapkannya dengan aman atas dasar kehendak-Nya yang kuat. Dengan Sabda-Nya Ia memanggil untuk hidup semua hewan di ladang yang memenuhi permukaan bumi. Ia membentuk laut serta mengisinya dengan makhluk-makhluk yang hidup di dalamnya, dan Ia memberi batas-batas kepada laut dengan kuasa-Nya.
Di atas semuanya itu, dengan tangan-Nya yang suci dan tak bercela Ia membentuk manusia, yang karena akal budinya menjadi yang paling penting dan paling agung dari segala karya-Nya, gambar citra ilahi-Nya. Sebab Tuhan berkata, ’Marilah Kita membuat manusia menurut gambar dan rupa Kita, dan Allah menciptakan manusia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.’ Dan setelah mengakhiri seluruh karya-Nya, Allah merestui dan memberkati mereka dengan berkata, ‘Beranak cuculah dan bertambah banyaklah!’
Jadi kita lihat, bahwa pekerjaan baik tidak hanya memperindah kehidupan orang-orang baik, tetapi juga mendatangkan rahmat bagi semua orang. Dan bahkan Tuhan sendiri bersuka cita atas kemuliaan yang diberikan oleh karya-karya-Nya. Maka dengan menyaksikan semuanya ini, marilah kita dengan kebulatan tekad, penuh semangat, menaati kehendak-Nya; dan mencurahkan segala kekuatan kita untuk menghayati hidup Kristiani, dengan melakukan karya-karya kebenaran.