Allah telah menciptakan manusia dalam kasih dan menciptakannya menurut gambar dan keserupaan-Nya. Dia ingin membagikan hidup-Nya kepada manusia dan manusia diberi kemampuan untuk menerima hidup Allah ini (Capax Dei).
Namun sejak Adam dan Hawa jatuh dalam ketidaktaatan pada Allah, maka manusia terbuang ke wilayah ketidakserupaannya dengan Allah (Disimilitude). Kehendaknya menjadi kacau, akal budinya menjadi kabur dan manusia terbuang dari Taman Firdaus. Hidup manusia menjadi sebuah pergulatan dan pencarian terus menerus akan inti identitasnya yang sejati, karena walaupun manusia telah rusak akibat dosa, tetapi gambar Allah yang sejati tetap tertanam di kedalaman dirinya. Akibat dosa adalah keterasingan manusia terhadap Allah dan menyebabkan adanya suatu kekosongan atau suatu “Lubang” yang begitu dalam sehingga membuat manusia selalu merasa tidak puas. Kekosongan atau lubang ini hanya bisa diisi oleh Allah.
Situasi dunia zaman ini dengan semua tawarannya telah memikat hati manusia untuk mengisi kekosongannya yang terdalam ini dengan apa yang ditawarkan oleh dunia, namun ini tidak pernah memuaskannya, sehingga manusia tetap kosong, makin terasing dan jauh dari Allah.
Lalu bagaimana kita sebagai manusia dapat kembali pada Allah dan mengalami kepenuhan hidup yang hanya datang dari Allah? Santo Bernardus berkata, “Untuk mencari Allah, kamu tidak perlu pergi jauh-jauh melintasi pegunungan Alpen atau menyeberangi lautan. Hanya satu hal yang perlu yaitu masuklah ke dalam hatimu (Redire ad cor), maka disitu kamu akan menemukan Allah.” Baldwin dari Ford juga menulis, “Orang benar tinggal dalam tabernakel hatinya dimana Allah tinggal disitu.” Dan Santo Benediktus setelah mengundurkan diri dari dunia dan tinggal dalam sebuah gua, di situ ia tinggal dengan dirinya sendiri di bawah pandangan Allah. Artinya ia berani masuk ke kedalaman hatinya dalam kesunyian yang intens, dan disitulah ia mengalami pertemuan dengan Allah.
Maka marilah kita meninggalkan semua kesibukan kita sesaat untuk masuk ke dalam hati kita yang terdalam, di mana kita akan mengalami kehadiran Allah yang membebaskan. Ambillah waktu setiap hari untuk masuk ke dalam tabernakel hati kita, dan kenalilah, sadarilah Tuhan yang hadir dikedalaman hati kita. Ia selalu hadir dan menunggu kita untuk datang pada-Nya.