17 Januari 2024

Peringatan St. Antonius, Abas


Panggilan Antonius
Pembacaan dari Hidup St. Antonius, dikarang oleh St. Athanasius

 

Setelah orang tuanya meninggal dunia, Antonius tinggal sendiri dengan satu-satunya adik wanita yang masih kecil.  Ia kira-kira berumur delapan belas atau dua puluh tahun, dan mengusahakan pemeliharaan rumah tinggal serta adiknya.

Belum enam bulan berlalu setelah kematian orang tuanya, ia pergi ke gereja seperti biasanya, sambil memikir-mikirkan alasan apa para rasul meninggalkan segala untuk mengikuti Sang Juru Selamat, dan juga bagaimana umat dalam Kisah Para Rasul menjual segala miliknya, meletakkan hasilnya di hadapan kaki para rasul untuk dibagi-bagikan kepada mereka yang memerlukannya.  Ia juga berpikir akan harapan besar yang tersedia bagi orang-oang itu di surga.  Sambil memikir-mikirkan hal ini, ia masuk ke dalam gereja.  Kebetulan pada saat itu Injil sedang dibacakan, dan ia mendengar apa yang dikatakan oleh Tuhan kepada pemuda kaya, “Jikalau engkau ingin menjadi sempuna, pergilah, juallah milikmu, dan berikanlah kepada orang miskin, dan engkau akan memiliki harta di surga, dan datanglah mengikuti Aku.”

Seolah-olah peringatan para suci ini dikirimkan oleh Tuhan kepadanya, dan seakan-akan kutipan itu dibacakan khusus untuk dia, Antonius segera keluar, dan kepada para penduduk desa ia memberikan harta milik yang ia terima sebagai warisan dari leluhurnya – berupa tiga ratus bidang tanah yang menarik dan subur – sehingga milik itu tidak lagi menjadi hambatan bagi dirinya dan adiknya.  Ia menjual semua miliknya, dan uang banyak yang diterimanya diberikan kepada orang miskin; hanya ia menyimpan sedikit untuk adiknya.

Sekali lagi ketika ia ke Gereja, ia mendengar apa yang dikatakan oleh Tuhan di dalam Injil, “Janganlah kamu khawatir akan hari esok.”  Ia tidak dapat menunggu lebih lama lagi, tetapi keluar dan memberikan juga apa yang disimpan, kepada orang miskin.  Ia menyerahkan adiknya untuk diasuh kepada beberapa wanita perawan terkenal yang dapat dipercaya, memasukkannya di dalam biara untuk dididik, dan ia sendiri mulai dengan hidup bertapa tidak jah dari rumahnya, berkanjang dalam kehenngan dan melakukan matiraga.

Ia bekerja dengan tangan sendiri, karena ia mendengar bahwa, “Barangsiapa tidak bekerja, ia tidak boleh makan.”  Dan apa yang diperolehnya, sebagian digunakan untuk makan, sebagian diberikan kepada oang mskin.  Ia banyak berdoa, sebab ia belajar, bahwa orang harus berdoa secara tersembunyi, dan berdoa tanpa henti.  Ia begitu memperhatikan bacaan Kitab Suci, hingga tak ada suatu pun yang terlupakan, tetapi ia mengingat segala, hingga kemudian ingatan menggantikan buku baginya.

Dan demikian semua orang di desa, dan orang baik-baik yang menggabungkan diri dengannya, tahu orang apakah Antonius itu, dan mereka memanggilnya “Sahabat Tuhan.”  Ada yang mencintainya sebagai anak, dan orang lain sebagai saudaranya.