21 Januari 2024

MINGGU BIASA III


Kristus senantiasa hadir di dalam Gereja-Nya
Pembacaan dari Konstitusi Liturgi SACROSANCTO CONCILIUM dari Konsili Vatikan II

 

Kristus selalu hadir di dalam Gereja-Nya, khususnya di dalam tindakan-tindakan perayaan liturgi.  Ia hadir di dalam kurban Misa, di dalam pribadi pelayannya, – Kristus yang dahulu mengorbankan diri-Nya di atas salib, Kristus yang sama, Dia juga yang sekarang mengorbankan melalui pelayanan para imam.  Dengan kuasa-Nya Ia hadir di dalam sakramen-sakramen, sehingga kalau ada orang dibaptis, sungguh Kristus sendirilah yang membaptis.  Ia hadir di dalam sabda-Nya, sebab Ia sendirilah yang berbicara saat Kitab Suci dibacakan di dalam gereja.  Akhirnya, Ia hadir waktu Gereja berdoa dan bernyanyi, sebab Ia sendiri berjanji, ‘Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka.’

Memang Kristus selalu menghubungkan Gereja dengan diri-Nya di dalam karya agung ini; di situlah Allah secara sempurna dimuliakan, dan manusia dikuduskan.  Gereja adalah pengantin yang dikasihi, yang berseru-seru kepada Tuhannya, dan dengan perantaraan Dia mempersembahkan hormat bakti kepada Bapa yang kekal.

Maka sudah semestinya liturgi dipandang sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus.  Di dalam liturgi pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda yang nampak pada indera, dan sungguh terjadi menurut sifat dan cara khas tiap-tiap tanda tersebut.  Di dalam liturgi seluruh ibadat umum dilakukan oleh Tubuh Mistik Kristus, yaitu oleh kepala dan anggota-anggotanya.

Maka dapat disimpulkan bahwa karena setiap perayaan liturgi adalah tindakan Kristus imam bersama tubuh-Nya, yaitu Gereja, maka liturgi merupakan perbuatan sakral yang melebihi segala.  Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang memiliki daya guna seperti liturgi, ataupun setaraf dengannya.

Di dalam liturgi di dunia ini kita mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di dalam kota Yerusalem surgawi, tujuan perjalanan kita sebagai peziarah; di sanalah Kristus duduk di sebelah kanan Allah, sebagai pelayan barang-barang suci dan kanisah sejati.  Bersama dengan bala tentara surgawi kita menyanyikan kidung kemuliaan bagi Allah; dengan menghormati para kudus, kita berharap mendapat bagian dan persekutuan dengan mereka; dengan rindu kita menanti-nanti kedatangan Penyelamat, Tuhan kita Yesus Kristus, sampai Ia, kehidupan kita, nampak; lalu kita juga akan nampak bersama Dia dalam kemuliaan.

Sesuai dengan tradisi yang diwariskan oleh para rasul, yang bermula pada hari kebangkitan Kristus sendiri, Gereja merayakan misteri Paskah setiap hari kedelapan, yang disebut hari Tuhan atau hari Minggu.  Dan ini memang tepat!  Karena pada hari itu para hamba Kristus, yaitu orang-orang beriman, harus berkumpul di suatu tempat.  Dengan mendengarkan sabda Tuhan dan ambil bagian dalam Ekaristi, mereka mengenangkan sengsara, kebangkitan, dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah yang ‘telah menumbuhkan kembali pengharapan akan hidup’ berkat kebangkitan Kristus dari antara orang mati.

Hari Minggu adalah hari raya yang tertua, yang harus dianjurkan sebagai hari kebaktian kaum beriman, dan diajarkan kepada mereka agar hari itu sungguh menjadi hari gembira dan bebas dari kerja.  Perayaan-perayaan lainnya, kecuali kalau memang amat penting, tidak boleh didahulukan daripada hari Minggu, karena hari Minggu merupakan dasar dan inti seluruh Tahun Liturgi.