24 Januari 2024

Peringatan St. Fransiskus dari Sales

(Uskup dan Pujangga Gereja)


Hidup saleh bermacam ragam bentuknya
Pembacaan dari Pengantar untuk Hidup Saleh oleh St. Fransiskus dari Sales*

 

Ketika Allah, Sang Pencipta, menjadikan segala sesuatu, Ia menyuruh tumbuh-tumbuhan supaya menghasilkan buah, masing-masing menurut jenisnya; begitu pula Ia menyuruh umat Kristiani, yang merupakan tumbuh-tumbuhan hidup Gereja-Nya, untuk menghasilkan buah dengan menjalani hidup saleh, masing-masing menurut karakter, keberadaan dan panggilannya.

Hidup saleh itu dihayati secara berbeda oleh seorang bangsawan dan seorang pekerja tangan, oleh hamba dan raja, oleh seorang janda, seorang gadis atau seorang wanita yang menikah.  Tetapi pembedaan ini belumlah cukup; karena penghayatan hidup saleh harus disesuaikan dengan kekuatan, pekerjaan dan tugas masing-masing.

Apakah hidup menyepi seorang pertapa Kartusian sesuai bagi seorang uskup?  Apakah mereka yang berkeluarga harus mengalami kemiskinan seorang Kapusin?  Seandainya seorang pekerja menghabiskan seluruh harinya di dalam gereja sama seperti seorang biarawan, atau seorang biarawan terus-menerus terlibat dalam pelayanan umat sama seperti seorang uskup, hidup saleh semacam itu sungguh ganjil dan mengakibatkan kekacauan yang tak terkatakan lagi.  Namun kekeliruan bodoh ini kerap terjadi.  Hidup saleh yang sejati tidak pernah merugikan, melainkan menyempurnakan apa yang kita lakukan; hidup saleh yang bertentangan dengan keberadaan dan panggilan hidup seseorang itu jelas salah.

Lebah menghisap madu dari bunga tanpa merusaknya, tetapi meninggalkannya utuh dan segar seperti waktu menemukannya.  Hidup saleh lebih daripada itu.  Tidak hanya tak merugikan pekerjaan maupun panggilan hidup, tetapi menghiasi dan memberinya keindahan-keindahan.  Berbagai macam permata direndam dalam madu menjadi gemerlapan, setiap jenis menurut warnanya; begitu juga setiap orang menjadi lebih tepat dalam panggilannya kalau ia menyatukannya dengan hidup saleh.  Hidup saleh membuat hidup keluarga penuh damai, cinta kasih suami istri lebih tulus, pengabdian kepada raja lebih setia, dan pekerjaan kita, apa pun itu, menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

Maka bukan hanya sesat, tetapi bidaah, kalau orang beranggapan bahwa hidup sebagai tentara, pekerja, di istana, maupun dalam rumah tangga tidak bisa dijadikan hidup saleh.  Hidup saleh yang sepenuhnya kontemplatif seperti di pertapaan atau biara tentu saja tidak dapat dihayati dalam panggilan lain seperti di atas; tetapi itu bukan satu-satunya bentuk hidup saleh, ada banyak bentuk lainnya yang sesuai untuk mengarahkan hidup di medan dunia kepada kesempurnaan.  Maka di mana pun kita berada, kita dapat dan harus mengupayakan kesempurnaan hidup.

 


* Tahun 1567 – 1622. Uskup Geneva (Swiss), penulis ulung buku-buku rohani.  Sebagai imam dia berhasil mentobatkan puluhan ribu orang yang murtad.  Mottonya: Siapa yang berkhotbah dengan cinta, senantiasa akan didengarkan. – pelindung para wartawan.