PEKAN BIASA III – SABTU
Rahasia Kematian
Pembacaan dari Konstitusi Pastoral GAUDIUM ET SPES dari Konsili Vatikan II
Teka-teki mengenai eksistensi manusia menjadi amat rumit, kalau kita merenungkan hal kematian. Manusia tidak hanya menjadi korban sakit penyakit atau pembusukan progresif dari badannya; tapi dia juga, dan lebih dalam lagi, tersiksa oleh ketakutan akan kepunahan final. Penilaian instinktif nalurinya itu benar, bila ia menolak pikiran akan kehancuran total dan akhir definitif dari pribadinya sendiri. Manusia itu lebih daripada materi belaka! Benih keabadian, yang dibawa serta di dalam dirinya, tidak dapat dikurangi menjadi materi saja, maka ia memberontak terhadap maut. Semua usaha teknologi , betapapun berharga, tidak mampu meredakan ketakutan manusia; memperpanjang masa hidupnya di sini tidak dapat memuaskan keinginan akan hidup masa depan, yang begitu kuat tertanam di dalam dirinya.
Semua imajinasi tak berfungsi di hadapan maut, namun Gereja, dengan menunjuk kepada wahyu, meyakinkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan untuk kebahagiaan, yang jauh melampaui kesengsaraan di dunia ini. Lebih-lebih, iman Kristiani mengajarkan, bahwa kematian badani, yang sebenarnya dapat dielakkan seandainya manusia tidak berdosa, akan dikalahkan, karena Penyelamat Yang Mahakuasa dan Mahabelaskasih akan mengembalikan kepada manusia keselamatan yang ia hilangkan karena kesalahannya sendiri. Dulu Allah telah memanggil manusia dan masih tetap memanggilnya kepada persatuan seluruh kodratnya dengan diri-Nya dalam keabadian hidup ilahi. Inilah kemenangan yang diperoleh Kristus dengan kebangkitan-Nya dari maut, sebab dengan bangkit itu sendiri Ia membebaskan manusia dari kematian.
Maka bagi manusia yang berakal budi, iman yang kokoh dapat menjadi jawaban atas ketakutan manusia akan nasibnya di masa mendatang. Demikian juga, iman dapat menjadi sarana bagi persatuan di dalam Kristus dengan orang-orang yang dicintai-Nya dan yang kini sudah meninggal; sebab iman memberi harapan, bahwa mereka sudah mencapai kehidupan sejati bersama Allah. Memang, setiap orang Kristen perlu dan wajib berperang melawan kejahatan dengan mengalami banyak pencobaan, bahkan juga kematian. Tetapi dengan ikut ambil bagian dalam misteri Paskah, ia menjadi seperti Kristus di dalam kematian, dan dengan demikian ia dapat menantikan kebangkitan, dengan harapan teguh.
Hal ini tidak hanya benar untuk orang Kristiani, tetapi juga untuk semua orang yang berkehendak baik, sebab di dalam hati mereka pun rahmat bekerja dengan cara yang tak kelihatan. Kristus wafat untuk semua orang, dan panggilan terakhir bagi semua orang itu sama, yakni suatu panggilan ilahi. Maka kita harus mengakui, bahwa Roh Kudus memberikan kemungkinan kepada setiap orang, untuk ikut ambil bagian dalam misteri Paskah ini, dalam cara yang hanya diketahui oleh Tuhan.
Inilah misteri hidup manusia, seperti yang diterangkan oleh wahyu Kristiani, kepada umat beriman. Tanpa Injil yang mengajari kita, teka-teki sakit dan maut memang mencemaskan kita. Tetapi oleh Kristus dan di dalam Kristus, semuanya itu menjadi terang. Kristus telah bangkit! Dengan kematian-Nya Ia menghancurkan kematian dan memberikan hidup berlimpah kepada kita, sehingga sebagai anak-anak di dalam Sang Anak kita dapat berseru dalam Roh, “Abba, ya Bapa!”