Menikmati yang Baik

“Siapakah orang yang menyukai hidup dan menginginkan umur panjang untuk menikmati yang baik?”  Sabda Tuhan dalam Mazmur 34:13 ini dikutip oleh Santo Benediktus untuk bagian Prakata dalam Peraturan Santo Benediktus (PSB).

Santo Benediktus mempunyai visi yang jelas tentang apa yang baik dan tidak baik.  Ia tahu apa yang baik dan yang tidak baik bukan berdasar kriteri subyektif melainkan berdasarkan kriteri stabil yaitu Sabda Allah.  Apa yang ditentukan Allah itu baik.  Apa yang baik menurut rencana Allah adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan.  Bahagia dalam PSB berarti mengalami kebaikan dalam diri kita.  Tujuan dari PSB adalah supaya kita mengalami dalam diri kita kebaikan sampai kita sungguh-sungguh menikmatinya.

Bab 4 PSB berisi alat-alat perbuatan baik, yang merupakan jalan raya untuk berbuat baik.  Darinya kita belajar berbuat baik.  Santo Benediktus sangat mengenal hati manusia.  Ia mengenal yang jahat dan yang baik dalam hati manusia.  Dalam kodrat kita ada kedua-duanya, karena dalam diri kita bukan hanya cahaya tapi juga kegelapan.  Maka perlu memilih jalan kebaikan daripada kejahatan.  Pilihan ini menuntut perjuangan.  Apakah perjuangannya?  Berarti membiarkan kejahatan dalam diri kita muncul dan menghadapinya dengan kebaikan, yaitu dengan memakai alat-alat perang: iman dan cahaya sabda Allah yang adalah pedang bermata dua.

Kebaikan dalam Peraturan bukan sikap optimis yang melihat segala-galanya mudah dan bukan juga spiritualitas yang dangkal dan manis.   Perlu kesusahan dan keberanian.  Kesusahan karena kita bekerja di atas diri sendiri dan keberanian untuk memandang diri sendiri di hadapan pandangan Allah sampai semua sudut gelap dalam diri kita muncul dalam cahaya: kesombongan, egoisme, iri dan cemburu, godaan untuk menguasai dan mengontrol, juga kadang-kadang kekerasan.  Inilah jalan kebaikan dan juga jalan kebenaran.  Jalan ini sama sekali bukan jalan moralis dengan kekuatan kehendak sendiri.  Di hadapan perjuangan ini kita bisa kecewa dengan diri sendiri karena melihat dan mengalami diri kita jauh dari apa yang kita pikirkan tentang diri kita.  Maka sesudah menunjukkan alat-alat perbuatan baik, Santo Benediktus mengingatkan agar kita tidak pernah putus asa terhadap belas kasihan Allah.

Kebaikan yang kita mau adalah Allah sendiri, sumber kebaikan; cinta kasih tak terbatas yang tak berhenti di hadapan kejahatan kita.  Cinta kasih itu adalah belas kasihan.  Maka memiliki yang baik dan berbuat baik hanya dapat dilakukan dalam belas kasihan Tuhan.

Kalimat kunci seluruh PSB adalah tidak mengutamakan apapun selain kasih akan Kristus.  Cinta kasih Kristus yang menciptakan kita kembali, menjadi pengalaman pembebasan dan kebenaran.  Kita menaruh relasi dengan Kristus sebagai dasar hidup dan bertindak demi cinta kasih akan Kristus.  Dengan mengikuti perjalanan Paskah yang demikian ini, kita mengalami apa artinya ditebus.  Kita mengalami dari dalam: kemanisan cinta kasih dan menikmati yang baik.