3 Februari 2024

PEKAN BIASA IV – SABTU


Pedoman bagi kegiatan manusia
 Pembacaan dari Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes dari Konsili Vatikan II

 

Semua kegiatan manusia itu berasal dari manusia, dan terarahkan kepada manusia.  Kalau manusia bekerja, ia tidak hanya mengubah bahan-bahan materi dan masyarakat, tetapi ia memperkembangkan dirinya sendiri juga.  Kalau ia belajar, ia meningkatkan bakat kemampuannya, dan ia keluar dari dirinya, melampaui dirinya, selangkah lebih maju.  Sungguh, pertumbuhan semacam ini lebih bernilai daripada kekayaan apa pun yang dapat dikumpulkan.  Pribadi manusia itu sendiri lebih penting daripada apa yang dimilikinya.

Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi tidak begitu bernilai dibandingkan dengan perkembangan ke arah keadilan yang lebih penuh, persaudaraan yang lebih luas, dan tata cara yang lebih manusiawi dalam hubungan-hubungan sosial.  Kemajuan teknik memang dapat menyediakan bahan untuk pengembangan manusiawi, tetapi tanpa manusia tidaklah dapat diwujudkan.

Oleh karena itu, inilah pedoman bagi kegiatan manusia: segala kegiatan manusia harus selaras dengan kepentingan umat manusia yang paling mendasar, harus sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan, dan harus memungkinkan manusia, entah sebagai perorangan entah sebagai anggota masyarakat, untuk mengembangkan dan mewujudkan sepenuhnya  panggilannya secara utuh.

Agaknya di masa sekarang ini ada semacam prasangka, bahwa hubungan yang terlampau erat antara kegiatan manusia dan agama dapat merintangi otonomi manusia, masyarakat dan ilmu pengetahuan.  Apabila dengan otonomi barang-barang duniawi itu dimaksudkan bahwa: barang-barang materi dan masyarakat memiliki hukum dan nilainya sendiri yang sedikit demi sedikit terus dirumuskan, dimanfaatkan dan diatur oleh manusia, maka tuntutan akan otonomi itu baik dan benar.  Itulah tuntutan orang modern dan sekaligus selaras dengan keinginan Pencipta.  Justru karena diciptakan menurut kodrat, barang-barang materi itu diberi ketetapan, kebenaran, daya guna, peraturan dan hukum-hukumnya sendiri.  Ini semua harus dihormati oleh manusia, kalau ia mengikuti metode yang khas untuk setiap ilmu dan teknik.

Kami sangat menyesalkan sikap-sikap tertentu, yang tidak jarang terdapat di antara orang-orang Kristiani, yang berakar pada pandangan sempit mengenai otonomi ilmu pengetahuan.  Sikap itu telah menimbulkan perselisihan serta pertentangan, dan menyesatkan banyak orang, sampai mereka mempertentangkan iman dan ilmu.

Tetapi, apabila dengan istilah “otonomi barang-barang duniawi” dimaksudkan bahwa materi tidak tergantung dari Allah, dan bahwa manusia dapat menggunakannya tanpa mengindahkan Sang Pencipta, maka sesatnya pernyataan semacam itu sudah jelas.  Setiap orang yang percaya akan Tuhan segera melihat betapa palsunya pernyataan itu.  Sebab tanpa Pencipta, barang ciptaan tidak ada.

Setiap orang beriman, apapun juga agamanya, senantiasa mengakui suara dan wahyu Tuhan dalam bahasa makhluk-makhluk ciptaan.  Sekali Pencipta dilupakan, ciptaan pun hilang dari pandangan.